Friday, February 27, 2009

Kemarahan dan kekecewaan Musa a.s.

بسم الله الرحمن الرحيم







"Mengapa kamu datang lebih cepat daripada kaummu, hai Musa? Berkata Musa: 'Itulah mereka sedang menyusuli aku dan aku bersegera kepada-Mu, ya Tuhanku, agar supaya Engkau redha (kepadaku). Allah berfirman: 'Maka sesungguhnya, Kami telah menguji kaummu sesudah kamu tinggalkan, dan mereka telah disesatkan oleh Samiri. Kemudian Musa kembali kepada kaumnya dengan marah dan bersedih hati. " (Toha 20: 83-86)

Musa turun dari gunung dan membawa papan Taurat. Rasa-rasanya hatinya mendidih dan jengkel. Kita dapat membayangkan bagaimana emosi yang membakar Nabi Musa saat ia mengayunkan langkahnya menuju kaumnya. Betapa tidak, belum lama Nabi Musa meninggalkan kaumnya dan menemui Tuhannya, mereka mendapatkan fitnah melalui Samiri. Fitnah ini adalah, bahawa Bani Israil - ketika keluar dari Mesir - membawa banyak dari harta perhiasan orang-orang Mesir dan emas-emas mereka. Mereka mengambilnya untuk mereka memanfaatkan dalam pesta perayaan mereka. Kemudian mereka selamat kerana mukjizat pembelahan lautan di mana lautan menenggelamkan Fir'aun dan tenteranya sehingga harta mereka yang berupa emas dimiliki oleh Bani Israil.

Harun mengetahui bahawa emas tersebut bukan milik mereka lalu Harun memintanya dari mereka dan menimbunnya di tanah. Bani Israil tidak memerlukannya kerana saat ini mereka sedang tersesat. Mereka berjalan di tengah-tengah gurun sehingga tidak bermanfaat bagi mereka emas- emas itu. Harun, saudara kandung Musa, menggali tanah dan meletakkan emas-emas itu lalu menimbunkan di atasnya tanah. Samiri melihat apa yang dilakukan oleh Harun. Setelah itu, dia mengeluarkannya dan membuat sebuah patung sapi yang menyerupai sapi Ibis sesembahan orang-orang Mesir. Samiri adalah seorang pemahat yang mahir. Dia mampu membuat anak sapi yang menarik di mana ketika dia meletakkannya di arah angin maka akan masuk darinya udara dari celah bahagian belakangnya lalu keluar dari hidungnya. Samiri membuat suara yang menyerupai suara sapi yang sebenamya.

Konon, rahsia kehebatan sapi ini adalah kerana Samiri telah mengambil segenggam tanah yang dilalui Jibril ketika ia turun ke bumi dalam peristiwa mukjizat pembelahan laut. Yakni Samiri melihat sesuatu yang tidak dilihat oleh kaum Nabi Musa. Kemudian dia mengambil segenggam tanah dari bekas yang dilalui seorang utusan (Jibril) dan meletakkannya bersama emas. Samiri membuat darinya anak sapi. Jibril as tidak berjalan di atas sesuatu kecuali sesuatu itu menjadi hidup. Ketika Samiri menambahkan tanah itu ke emas lalu membuat darinya anak sapi maka anak sapi itu dapat bersuara seperti anak sapi yang sebenarnya. Demikianlah kisah Samiri. Kita mengetahui sekarang bahawa jika tanah ditambahkan ke emas dan melebur maka tanah itu akan terpisah dari emas dan akan meninggalkan bekas (lubang) di tempat terpisahnya itu. Diduga kuat bahawa Samiri menggunakan tanah itu seperti tanah yang lain dalam usaha untuk mengeringkan bahagian dalam dari anak sapi di mana patung itu berubah menjadi patung yang mempunyai suara.

Setelah itu, Samiri keluar menemui Bani Israil dengan membawa apa yang dibuatnya. Mereka bertanya kepadanya: "Apa ini, hai Samiri?" Ia menjawab: "Ini adalah tuhan kalian dan tuhan Musa." Mereka berkata: "Bukankah Musa sedang menemui Tuhannya?" Samiri menjawab: "Musa telah lupa ia pergi untuk menemui tuhannya di sana, padahal sebenarnya tuhannya ada di sini." Akhirnya, Bani Israil menyembah anak sapi ini.

Barangkali pembaca akan merasa hairan terhadap fitnah ini. Bagaimana akal kaum itu dapat tunduk sampai pada keadaan seperti ini? Bukankah mereka telah menyaksikan mukjizat yang besar? Bagaimana mereka dengan mudah menyembah berhala? Kebingungan tersebut segera hilang ketika kita lihat keadaan kejiwaan kaum yang menyembah anak sapi itu. Mereka telah terdidik di Mesir pada saat mereka menyembah berhala dan sangat mengkultuskan anak sapi. Mereka terdidik di bawah kehinaan dan perbudakan sehingga jiwa mereka menjadi ternoda dan fitrah mereka menjadi tercemar. Mereka menyaksikan mukjizat-mukjizat dari Allah s.w.t tetapi mukjizat itu bertembung dengan jiwa-jiwa yang putus asa. Mukjizat ini tidak mampu memuaskan mereka untuk mempercayai kebenaran. Mereka masih saja dihinggapi keinginan untuk menyembah berhala. Mereka adalah para penyembah berhala seperti tokoh-tokoh Mesir yang dahulu. Oleh kerana itu, mereka menyembah anak sapi. Sikap mereka ini tidak terlalu mengejutkan kita. Sebab, setelah mereka menyaksikan mukjizat pembelahan lautan, mereka melihat suatu kaum yang menyembah berhala, lalu mereka minta kepada Nabi Musa agar menjadikan tuhan bagi mereka seperti kaum yang menyembah berhala itu.

Jadi, masalahnya adalah masalah klasik. Pada hakikatnya, hasrat untuk menyembah berhala bererti menyembah berhala itu sendiri. Apa yang dilakukan Samiri adalah, ia memanfaatkan kerinduan kaum untuk menyembah berhala. Kemudian Samiri memilih agar anak sapi yang diciptakannya berbentuk emas kerana ia mengetahui bahawa umumnya Bani Israil lemah (mudah terpedaya) pada emas. Akhirnya, fitnah yang ditimbulkan oleh Samiri tersebar di sana sini. Harun sangat terkejut ketika mengetahui Bani Israil menyembah anak sapi dari emas. Mereka terbahagi menjadi dua kelompok: minoriti dari mereka beriman dan mengetahui bahawa ini adalah tipu daya dan kebohongan semata, sedangkan majoriti mereka mengingkari Harun dan tetap melampiaskan kerinduan mereka untuk menyembah berhala. Harun berdiri di tengah- tengah kaumnya dan mulai menasihati mereka. Ia berkata kepada mereka: "Sesungguhnya kalian tertipu dengannya. Ini adalah fitnah (godaan). Samiri telah memanfaatkan kebodohan kalian dengan menciptakan anak sapi itu. Lembu itu bukan tuhan kalian dan bukan juga tuhan Musa:


"Sesungguhnya Tuhanmu ialah (Tuhan) Yang Maha Pemurah, maka ikutilah aku dan taatilah perintahku." (Toha 20: 90)

Para penyembah anak sapi menolak nasihat Harun. Harun kembali memperingatkan mereka dan menceritakan kembali kepada mereka bagaimana mukjizat-mukjizat Allah s.w.t dapat menyelamatkan mereka, dan bagaimana Allah s.w.t memuliakan dan menjaga mereka. Tetapi mereka menutup telinga dan menolak segala nasihatnya. Mereka justeru melemahkan kedudukan Harun dan nyaris saja membunuhnya. Adalah jelas bahawa Harun lebih lemah daripada Musa, sehingga para kaum tidak takut lagi. Harun khuatir jika ia menggunakan kekuatan dan menghancurkan berhala-berhala yang mereka sembah, maka akan terjadi fitnah di tengah-tengah kaum dan akan tercipta perang saudara. Akhirnya, Harun memilih untuk menunda hal itu sampai kedatangan Musa. Harun mengetahui bahawa Musa seorang yang kuat yang mampu mengatasi fitnah ini tanpa harus menumpahkan darah. Sementara itu, Bani Israil terus menari di sekitar anak sapi. Samiri - mudah-mudahan Allah s.w.t melaknatnya - adalah penyebab fitnah ini, dan ia menari-nari serta berputar-putar di sekeliling berhala.

 Nabi Musa turun dari gunung untuk kembali menemui kaumnya. Kemudian ia mendengar teriakan kaum saat mereka menari-nari di sekitar anak sapi. Kaum itu berhenti ketika melihat Nabi Musa muncul di depan mereka. Dan tiba-tiba keheningan menyelimuti mereka. Nabi Musa berteriak dan berkata:


Dan apabila Nabi Musa kembali kepada kaumnya dengan marah dan dukacita, berkatalah ia: "Amatlah buruknya apa yang telah kamu lakukan sepeninggalanku; mengapa kamu terburu-buru (tidak menunggu) perintah Tuhan kamu?" Dan ia meletakkan Lauh-lauh (yang mengandungi tulisan Taurat) itu serta ia memegang (rambut) kepala saudaranya (Nabi Harun) sambil menariknya kepadanya. Nabi Harun berkata: "Wahai anak ibuku! Sesungguhnya kaum (Bani Israil) memandangku lemah dan nyaris-nyaris mereka membunuhku (ketika aku melarang mereka); oleh itu, janganlah engkau menjadikan musuh bergembira melihat (tempelakmu) terhadapku, dan janganlah engkau jadikan daku termasuk dalam golongan orang-orang yang zalim". (Al-A'raf 7: 150)

Musa berjalan menuju ke Harun, lalu ia meletakkan papan Taurat dengan tangannya di atas tanah. Tampaknya api kemarahan telah membakamya. Musa memegang Harun dari rambut kepalanya sampai rambut janggutnya sambil berkata:



"Hai Harun, apa yang menghalangi kamu ketika kamu melihat mereka telah sesat, (sehingga) kamu tidak mengikuti aku? Maka apakah kamu telah (sengaja) menderhakai perintahku?" (Toha 20: 92-93)

Musa bertanya, "Apakah Harun tidak mentaati perintahnya, bagaimana ia mendiamkan fitnah ini; bagaimana ia tetap bersama mereka dan tidak meninggalkan mereka serta berlepas diri dari perbuatan mereka; bagaimana ia tetap diam dan tidak berusaha melawan mereka, bukankah orang yang diam atau membiarkan suatu kesalahan itu bertanda bahawa ia merestuinya atau bahagian dari kesalahan itu?" Keheningan semakin meningkat ketika gelora api kemarahan Musa semakin membara. Harun berbicara kepada Musa dan meminta kepadanya untuk melepaskan kepalanya dan janggutnya kerana mereka berdua berasal dari ibu yang satu. Harun mengingatkan Musa akan kedekatan hubungannya melalui ibu, bukan melalui ayah agar hal itu lebih dapat membuat Musa merasa kasihan kepadanya:


"Harun menjawab: 'Hai putera ibuku, janganlah kamu pegang janggutku dan jangan (pula) kepalaku.Sesungguhnya aku takut bahawa engkau akan berkata kepadaku: ` Engkau telah memecah-belahkan kaum Bani lsrail sesama sendiri, dan engkau tidak berhati-hati mengambil berat pesananku! ' '" (Toha 20: 94)

Harun memberi pengertian kepada Musa bahawa ia sama sekali tidak bermaksud menentang perintahnya, dan ia pun tidak menunjukkan sikap merestui penyembahan anak sapi, tetapi ia khuatir jika ia meninggalkan mereka dan pergi lalu Musa bertanya kepadanya, mengapa ia tidak tetap tinggal bersama mereka? Mengapa seorang yang bertanggungjawab kepada mereka justeru meninggalkan mereka? Di samping itu, ia juga khuatir jika ia memerangi mereka dengan kekerasan maka terjadi peperangan di antara mereka. Lalu Musa akan bertanya kepadanya, mengapa ia menyebabkan perpecahan di antara mereka dan mengapa ia tidak menunggu kembalinya Musa.....

Kini saya faham bagaimana marahnya perasaan Nabi Musa a.s. ketika melihat kaumnya kembali menyembah sapi emas tersebut. Marah dan kecewa. Itulah perasaanku setibanya di Auckland ini.  Terasa lemahnya diri pada mulanya dan hampir-hampir mengaku kalah. Semoga saya diberi kekuatan untuk mengatasi ujian ini. Ya Allah, lapangkanlah dadaku, tetapkan hatiku dan imanku serta permudahkanlah segala urusanku.

والله علم
والسلام عليكم

Monday, February 16, 2009

Resah gelisah yang tiada bertepian

بسم الله الرحمن الرحيم

Beberapa hari yang lepas selepas selesai solat Isya' di surau berhampiran di rumah, saya disapa seorang saudara yang mukanya memang seperti orang berbangsa Cina. Tekaan saya tak silap lagi. Dia merupakan saudara baru seaqidah. Dia menceritakan masalahnya kepada saya dengan harapan saya dapat membantu. Dia kehilangan beg laptopnya dan turut kehilangan segala butir-butir pengenalan dirinya semasa kecurian itu.

Yang sedihnya, begnya itu hilang di masjid semasa dia sedang solat Jumaat. Sedangkan dia meletakkan begnya itu di sebelah saja di masjid di mana dia solat. Kemudian, dia pergi ke Kelantan untuk meminta surat pengesahan tentang keislamannya dikeluarkan semula supaya dia boleh memohon kembali kad pengenalan yang baru. Malangnya dia disuruh kembali ke tempat di mana di kecurian tempoh hari walaupun dia memeluk Islam dan mengucap dua kalimah syahadah di Kelantan. Alasannya mereka tak dapat memproses walaupun muallaf ini telahpun membuat laporan polis.

Apabila dia sampai kembali ke Selangor, pihak jabatan Agama di sini pula berkata mereka langsung tiada maklumat kerana dia memeluk Islam di Kelantan. Kesimpulannya si muallaf ni berada dalam keadaan tersepit apabila dua-dua pihak jabatan Agama negeri ni cuba berlepas tangan dan menuding jari antara satu sama lain. Sikap apakah ini? Situasi beginilah yang membantutkan pembangunan negara. Isu ni kecil sahaja. Hanyalah peng'issue'an semula surat pengesahan yang abdullah ni telahpun memeluk Islam di mana saya yakin pasti mereka menyimpan semua rekod-rekod ini.

Tidak cukup dengan hal itu, selepas lama berta'aruf dan berbual dengannya, tiba-tiba dia bertanya satu soalan yang agak mengejutkan saya. "Bang, betul ke saya ada dengar haritu ada Ustaz beritahu saya, wirid selepas solat secara jelas/jahr dan secara berjemaah ni bida'ah?"

Wah, bagi seorang yang baru memeluk Islam, wajarkah dia diberitahu tentang perkara ini yang memang kalau diperdebatkan, cukup hangat. Sedih dan geram saya apabila mengetahui keadaan ini. Sepatutnya kita fokuskan untuk menjadikan saudara-saudara baru ini, seronok dalam menjalankan ibadat, mengajar konsep-konsep asas keimanan, aqidah dan tauhid. Daripada riak wajahnya saya tahu dia sendiri keliru dengan isu ini. Kita yang sudah Islam semenjak lahir pun pening membicarakan isu ini, apatah lagi orang yang baru memeluk Islam. Wajarkah dan bijakkah tindakan sedemikian? Seolah-olah kita hendak menggambarkan kepada saudara-saudara baru ini yang Islam itu susah, kompleks.

Ini mengingatkan saya tentang satu kisah di New Zealand dua tahun lepas. Ada seorang Kristian (Caucasian New Zealander) yang ingin memeluk Islam. Pada ketika itu juga, ada seorang hamba Allah ini yang sedang berbicara dengan lelaki yang berminat untuk belajar tentang Islam ini. Dia berkata,"If you want to be become a Muslim, you cannnot eat pork anymore. You cannot drink alcohol. You cannnot have girlfriend.. etc. etc."

Saya pun dengan sabar menunggu setelah lelaki itu beredar, baru saya menghampiri lelaki Caucasian itu dan memberitahunya," Don't worry brother about what he said just now. Now what important is for you to read these books," sambil menghulurkan buku What is Islam, the Prophet Muhammad p.b.u.h. dan beberapa buku-buku 'ringan' yang menarik dan komprehensif dalam menjelaskan Islam yang sebenar.

Adakah patut kita menakutkan orang yang baru berminat untuk memeluk Islam dengan hal-hal sedemikian? Sedangkan selama 13 tahun di Mekah, Rasulullah hanya memfokuskan kepada pembinaan asas aqidah dan iman yang mantap dalam proses tarbiyyah. Ayat-ayat al-Quran tentang pengharaman itu dan ini serta segala hukum-hakam itu diturunkan kemudian di Madinah. Memang tidak dinafikan soal haram dan halal, soal bida'ah itu penting dan semua orang Islam perlu jelas tentang hal ini. Tetapi bagi golongan saudara baru sebegini, biarlah proses pengislaman itu berlaku secara berperingkat-peringkat sebagaimana yang telah ditunjukkan di dalam sirah nabawi tentang proses pentarbiyyahan yang dilalui oleh umat Islam bersama-sama Rasulullah s.a.w. pada ketika itu.

Cukuplah tentang sedikit luahan hati tentang beberapa insiden yang berlaku di sekitar saya baru-baru ini. Dalam tempoh tak kurang seminggu saya akan pulang semula ke Auckland, menyambung semula perjuangan saya di sana. Tahun akhir, tahun 4 Kejuruteraan Mekanikal. Sudah tentu tahun yang mencabar dengan adanya Final Year Project dan macam-macam hal lain lagi. Bukan sekadar itu sahaja, banyak lagi tugas dan tanggungjawab lain yang perlu saya pikul.

Banyak juga isu-isu 'dalaman' yang berlaku baru-baru ini. Ada yang dapat saya tangani, ada yang saya hanya mampu berdiam diri dan memendam rasa. Saya sebenarnya lebih risau dan gelisah untuk balik semula ke Auckland kali ini, entah mengapa. Walaupun saya tidak sabar untuk menyambung semula pengajian dan ingin menamatkan pengajian saya secepat mungkin, hati ini rasa 'tak sedap' dan seribu satu persoalan bermain-main di fikiran sekarang.

Apa yang saya mampu lakukan, hanyalah berusaha sebaik mungkin, merancang sebaiknya dan berdoa. Ya Allah, permudahkan segala urusanku baik duniawi mahupun ukhrawi. Tenangkanlah fikiran dan hati hambaMu yang lemah ini yang selalu gundah-gulana sejak kebelakangan ini. Mungkin ini entry terakhir saya di Malaysia. Mungkin juga yang terakhir dalam hidup saya (tak minta nak mati pun tapi still ada possibility gak kan?) Ampunilah segala kesilapan dan kesalahan saya selama ini, sesungguhnya saya termasuk dalam golongan orang-orang yang zalim.


Allah tidak memberati seseorang melainkan apa yang terdaya olehnya. Ia mendapat pahala kebaikan yang diusahakannya, dan ia juga menanggung dosa kejahatan yang diusahakannya. (Mereka berdoa dengan berkata): "Wahai Tuhan kami! Janganlah Engkau mengirakan kami salah jika kami lupa atau kami tersalah. Wahai Tuhan kami ! Janganlah Engkau bebankan kepada kami bebanan yang berat sebagaimana yang telah Engkau bebankan kepada orang-orang yang terdahulu daripada kami. Wahai Tuhan kami! Janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang kami tidak terdaya memikulnya. Dan maafkanlah kesalahan kami, serta ampunkanlah dosa kami, dan berilah rahmat kepada kami. Engkaulah Penolong kami; oleh itu, tolonglah kami untuk mencapai kemenangan terhadap kaum-kaum yang kafir". (2:286)



Tika Dinihari - Devotees


Oh Tuhanku
Tiada indah di malam yang hening
Melainkan dengan bermunajat kepadaMu
Tiada indah suatu hari yang aku lalui
kecuali dengan patuh kepadaMu

Oh Tuhanku
Tiada indah hidup di dunia
melainkan berzikir dan menyebut namaMu
Tiada indah tiba di akhirat yang abadi
kecuali dengan keampunan Mu

Ya Allah Tuhanku
Yang merubahkanku
Tetapkanlah Hatiku
Moga sentiasa
Dalam Agamamu
Jua taat akan perintahMu

Tuhan
Usah bebankan kami
Dengan bebanan yang berat
Seperti
Yang pernah Kau berikan
kepada umat yang terdahulu dari kami

Tuhan
Jangan Pikulkan Kami
Yang tidak kami terdaya
Maafkan salah kesilapan
Ampunkanlah Dosa-Dosa
Rahmatilah Kami

والله علم
والسلام عليكم

Wednesday, February 4, 2009

Jangan boikot Israel??

بسم الله الرحمن ارحيم

Pernah sekali saya terbaca satu tulisan seorang 'ulama'  (bukan tulisan tapi transkrip kaset je padahal).

Katanya, kita boleh membeli barangan Israel selagi mana barangan itu halal. Alasannya, jangan kita haramkan apa yang Allah telah halalkan dan sebaliknya. Hujahnya adalah Nabi s.a.w.  juga pernah berjual beli dengan Yahudi Madinah. Sedangkan asbabun nuzul turunnya ayat Surah Al Maidah ini bukannya berkaitan dengan boikot pun.



Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu haramkan benda-benda yang baik-baik yang telah dihalalkan oleh Allah bagi kamu, dan janganlah kamu melampaui batas (pada apa yang telah ditetapkan halalnya itu); kerana sesungguhnya Allah tidak suka kepada orang-orang yang melampaui batas. [5:87]

Saya tak tahulah bagaimana 'ulama' ini mengkaji sirah. Yahudi yang Nabi berjual beli itu adalah Yahudi Madinah yang ada perjanjian sekutu dengan orang Islam. Yahudi ini hidup di Madinah dan berhak kepada perlindungan daripada pemerintahan Islam. Sedangkan Yahudi Zionis yang disebut sebagai 'wajib boikot' ini adalah Yahudi yang menakluki tanah-tanah Islam, yang membunuh warga Islam. Dan berdagang dengan mereka hanya akan menguatkan kekuasaan mereka ke atas Baitul Maqdis dan menjerut leher warga Palestin.

Bukankah situasinya terlalu berbeza?

Jikalah dikatakan boikot itu mengharamkan apa yang halal, maka adakah ahlul Yathrib (Madinah) sendiri pernah mengharamkan apa yang halal apabila mereka memboikot Telaga Rumah yang dimiliki Yahudi dan kedai-kedai Yahudi di Pasar Madinah kerana penjual Yahudi menipu dalam jual beli?

Kalaulah memboikot sang penipu dibolehkan, apakah memboikot si pembunuh diharamkan?



Kita tidak boikot Yahudi kerana agama mereka Yahudi. Kita tidak boikot Zionis kerana nama dia Zionis. Tapi kita boikot dia kerana dia serang dan dera saudara kita.

Begitu juga ada yang cuba merendahkan boikot. Mengatakan bahawa boikot ini tidak ada kesannya. Kalau ada pun sedikit. Lebih kurang begitulah.

Saya rasa cukup ganjil dan aneh. Apakah Allah Taala itu lebih memandang hasil daripada usaha? Jika benar, maka apakah darjat syahid syuhada yang gugur di medan Badar dan Uhud juga berbeza sebab hasil peperangannya (Badar menang dan Uhud kalah) berbeza?

Allah Taala memandang usaha kita. Dipandangnya kesungguhan dan taqwa kita. Soal hasil itu adalah ketentuan Dia. Dia boleh mengekalkan Israel di bumi ini sampai tempoh yang Dia mahu walaupun satu dunia tembak nuklear atas tanah Palestin yang terjajah itu, walaupun satu dunia memboikot dan menghalang perdagangan dengan tanah Palestin yang terjajah itu. Seperti mana dia mengekalkan kerajaan Islam Mamluk Mesir di bawah pimpinan Al Malik Muzaffar Saifuddin Qutuz (Ashairah) walaupun satu dunia (Empayar Monggol dan Kristian) menentang mereka.

Begitu juga Dia boleh menghancurkan Israel itu dengan sekecil-kecil sebab. Walaupun dengan hanya satu dua orang boikot tak makan McD. Sepertimana Dia boleh menghancurkan kerajaan besar Namrud yang dimulai dengan sekecil-kecil sebab; seekor nyamuk memasuki rongga hidung sang raja.



Dan orang-orang (Yahudi yang kafir) itupun merancangkan tipu daya (hendak membunuh Nabi Isa), dan Allah pula membalas tipu daya (mereka); dan (ingatlah), Allah sebijak-bijak yang membalas tipu daya. [3:54]


Had kita (rakyat jelata) untuk membantu Palestin dengan kadar ini ada 5. Doa, boikot, sebaran maklumat, demonstrasi dan derma. Boikot adalah 'serangan' kita kepada Zionis. Derma adalah 'pertahanan' kita kepada rakyat Palestin. Demo sebagai tanda suara kebencian kita untuk didengar. Sebaran maklumat untuk jalinan dakwah itu tidak akan putus.

Ada juga golongan yang menolak demonstrasi. Alasannya tiada dalil hadis dan Al Quran maka ia menjadi haram.

Sebelum jawab saya nak tanya, apa dalil kita jual naskhah Quran? Apa dalil kita jual naskhah sahih hadis? Apa dalil kita jual khat ayat Quran kemudian buat kain gantung dekat Kaabah? Apa dalil kita makan dulu lepas sendawa baru bayar sedangkan kita diajar utk bayar dulu baru pakai barang/makan kita beli? Apa dalil kita bayar zakat fitrah pakai duit (thaman bi al-nuqud al-Mithli) sedangkan jelas disebut segantang makanan ruji bukan duit? Apa dalil kita azan 2 kali sembahyang jumaat sedangkan Nabi buat sekali saja?

Kenapa bila sampai tahap sebegini baru tiba-tiba kita nak cakap, "oh itu sebab masoleh mursalah, sebab uruf, sebab istihsan, sebab istishab, sebab pendapat sahabat, sebab ijtihad etc etc"?

Kenapa?

Kalaulah boikot tak boleh, demonstrasi tak boleh. Apa jalan yang lebih berkesan menentang Zionis dengan tahap kita?

Bila ditanya begini, diam pula. Mengkritik tahu, memberi penyelesaian tidak sama sekali.

Maka benarlah kata bijak pandai:

Setiap pengkritik itu kurang bijak melainkan dia memberikan penyelesaian atas apa yang dikritiknya.

p/s: Tidak berniat memerli sesiapa, cuma sekadar menegur yang mungkin menyinggung perasaan sesetengah pihak. Harap maaf. Credits to Hilmi anyway. Pesanan penaja: Boikotlah dengan berhikmah dan bijaksana.

والله علم
والسلام عليكم