Sunday, October 23, 2011

المقداد بن عمرو

بسم الله الرحمن الرحيم

Nama lengkapnya al-Miqdad bin Amru bin Tsa’labah bin Malik bin Rabi’ah bin Tsumamah bin Mathrud bin Amru bin Sa’ad bin Dahir al-Bahrany al-Kindy. Nama panggilannya Abu Amru. Dikenal dengan nama al-Miqdad bin al-Aswady atau al-Miqdad bin Amru. Lahir pada tahun 37 Hijriah. Istrinya Dhiba’ah bin az-Zubair bin Abdul Mutholib, putri paman Rasulullah.

Ibn al-Kalby bercerita,” Amru bin Tsa’labah (ayahnya) suatu hari terjadi pertempuran di kaumnya yang mengakibatkan dirinya terluka. Akhirnya beliau pergi ke Hadr Maut. Di sana beliau bergabung dengan kabilah Kindah. Setelah beberapa lama digelari al-Kindy. Setelah itu menikah dengan wanita di sana. Dari pernikahannya lahirlah anak pertama dinamai al-Miqdad. Pada waktu al-Miqdad tumbuh dewasa, terjadi pertikian antara dirinya dengan Abu Syamr bin Abdu Yaghus. Dipukulnya kaki Abu Syamr dengan pedang. Setelah itu melarikan diri ke Mekkah.” Satu pendapat mengatakan nama beliau al-Miqdad al-Aswady karena beliau diasuh dan dibesarkan di oleh al-Aswad bin Abdu Yaghus az-Zuhry. Pendapat lain karena beliau mempunya budak berkulit hitam. Pendapat lain karena beliau terluka parah kemudian lari ke Makkah. Di sana beliau bergabung dengan bani al-Aswad.
Beliau termasuk orang-orang pertama yang masuk Islam. Bahkan sebagimana diceritakan oleh Ibn Mas’ud beliau termasuk tujuh orang pertama yang masuk Islam; Rasulullah, Abu Bakar, Ammar dan ibunya Sumayyah, Shuhaib, Bilal dan al-Miqdad.

Dari Ikrimah binti al-Miqdad diceritakan bahwa ayahnya tinggi badannya, perutnya tidak terlalu besar, rambutnya agak tebal, wajahnya bagus, tidak gemuk dan kurus.

Pada waktu Rasulullah perintahkan umat Islam untuk berhijrah ke Habsyah (Ethopia), beliau ikut berhijrah bersama yang lain. Setelah itu beliau pulang ke Mekkah. Tapi beliau tidak ikut berhijrah ke Madinah. Beliau lah orang pertama yang berperang dengan menunggan kuda. beliau termasuk tiga tentera berkuda Islam setelah az-Zubair dan Murtsid. Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya Allah telah perintahkan aku untuk mencintai empat sahabat. Dan aku diberitahu bahwa Allah mencinta mereka; Ali, al-Miqdad, Abu Dzar dan Salman.”

Ikut dalam perang Badr dan semua peperangan setelahnya. Pada waktu perang Badr beliau menjadi tentera berkuda. Sebelum perang dimulai, beliau ikut bicara di depan majlis umat Islam setelah Abu Bakar dan Umar. Dalam ucapannya yang terkenal itu disebutkan, “Wahai Rasulullah, laksanakan sebab saya melihat… kami akan bersamamu (membantu). Demi Allah, kami tidak mungkin mengatakan seperti apa yang dikatakan bani Israel kepada Musa a.s. “Pergilah kamu dan tuhanmu kemudian berperanglah, kami di sini duduk-duduk saja.(QS.al-Maidah;24), tapi kami mengatakan ‘pergilah kamu dan Tuhanmu kemudian berperanglah niscaya kami ikut berperang. …

Diantara tindakan dan perbuatan yang ditakuti adalah berbuat dzalim kepada orang. Untuk itu beliau tidak segan-segan bertanya langsung kepada Rasulullah mengenai hal-hal dirasa kurang mengenak dihati. “Wahai Rasulullah, bagaimana pendapatmu jika berjumpa orang kafir kemudian tiba-tiba dia menyerangku. Dia pukul salah satu tanganku dengan pedang hingga putus. Setelah itu dia mencari perlindungan di pohon sambil berkata,”Saya berislam karena Allah SWT”, apakah saya bunuh orang itu wahai Rasulullah setelah dirinya mengucapkan kata itu?” tanya beliau. Rasulullah menjawab, “Jangan bunuh dia.” Beliau berkata, “Wahai Rasulullah dia telah memotong tangganku dan dia mengucapkan kata itu setelah tanganku dipotong. Apakah saya bunuh dia?” Rasulullah berkata, “Jangan bunuh dia, sekiranya kamu bunuh dia maka itu berarti dia kedudukannya sama denganmu sebelum kamu bunuh dia. Dan kedudukanmu sama dengan dia sebelum dia mengucapkan kata-kata itu.”(HR.Bukhori)


Tidak hanya itu, beliau juga sangat takut jika diberi kekuasaan tidak dapat melaksanakan dengan baik dan meremehkannya. Sebab kekuasaan itu adalah amanah. Beliau berkata, “Suatu ketika Rasulullah menyuruhku suatu pekerjaan. Pada waktu saya pulang dari tugas itu, Rasulullah bertanya, “Gimana dengan tugas yang dibebankan kepadamu?” saya jawab, “Wahai Rasulullah! Saya tidak mengira bahwa manusia, secara kesuluruhannya, adalah pelayanku. Demi Allah saya tidak akan meremehkan tugas itu selama saya masih hidup.”(HR.Hakim)

Dari Abdurahman bin Jubair bin Nufir dari ayahnya berkata, “Suatu hari kami duduk di samping al-Miqdad, tiba-tiba seseorang lewat. Orang itu berkata, “Alangkah senang dan bahagianya dua mata ini (al-Miqdad) dapat melihat Rasulullah. Demi Allah, niscaya kami ingin sekali berjumpa seperti yang dia jumpai.Kemudian saya mendengar kepada ucapannya. Saya pun merasa terkesima sebab apa yang diucapkan adalah kebaikan hingga saya ambil darinya.” Mendengar ucapan itu, al-Miqdad berkata, “Apa yang membuat kalian untuk berangan-angan sesuatu yang telah Allah wafatkan untuk diwujudkan kembali. Dia tidak tahu sekirany dia hidup ketika apakah dia berbuat yang sepatutnya. Demi Allah, banyak kaum yang hidup sezaman dengan Rasulullah tapi mereka dimasukkan ke neraka jahanam oleh Allah karena tidak menerima dan percaya ajarannya. Kenapa kalian tidak memuji Allah sebab telah dihindarkan dari siksa dan azab sepert mereka. Bahwkan Allah telah beri kemuduhan pada kalian untuk mengenal Allah dan ajarannya dengan mudah. “(Abu Na’im, al-hillyah 1/175-1716)


Dari kisah diatas dapat kita simpulkan bahwa kita perlu banyak bersyukur atas nikmat Islam yang diberikan Allah kepada kita tanpa kesusuhan yang kita hadapi. Dan juga tanpa banyak siksaan dari orang-orang yang tidak hendak menghalangi ajaran Islam. Mestinya keinginan dan cita-cita mati tetap berpegang pada ajaran Islam.

Dari Karimahh binti al-Miqdad bercerita bahwa al-Miqdad pernah berwasiat kepada Hasan dan Husain untuk diberi tiga ribu dirham dan untuk tiap istri-istri Rasulullah tujuh ribu dirham.

Selama berjuang menyebarkan ajaran Islam bersama Rasulullah, beliau telah meriwayatkan kurang lebih 48 hadits. Pada tahun 33 Hijriah beliau wafat di dekat kota Madinah dan dikuburkan di sana.

والله أعلم
والسلام عليكم

Sunday, September 25, 2011

Ucapan Mursyid Am di Muktamar Tullab Ikhwan Muslimin

بسم الله الرحمن الرحيم

Segala puji bagi Allah, pujian yang banyak, yang indah lagi diberkati. Selawat dan salam ke atas penghulu kita, ikutan kita dan pemimpin kita Muhammad s.a.w., keluarga serta sahabat-sahabat baginda semuanya.

Anak-anakku muda mudi tercinta,
Ketahuilah bahawa kamu adalah harapan umat, lengan-lengannya yang gagah, mindanya yang cerah, masa depannya yang gemilang, harapannya yang bersinar dan kekuatannya yang terpendam. Kamu adalah unsur kebangkitan umat, kemajuan serta kegemelingannya yang paling penting. Itulah kedudukan kamu, itulah nilai kamu. Itulah tanggungjawab kamu dan amanah kamu di hadapan Allah, di hadapan umat dan di hadapan diri kamu sendiri. Sesungguhnya kamu adalah bekalan untuk masa depan, tempat bergantungnya harapan untuk kebangkitan umat kamu.

Dan kami, ketika kami berkata demikian bukan kerana hendak mengampu atau mengambil hati kamu. Sebaliknya kami menegaskan sesuatu yang memang menjadi reality dan mengiktiraf sesuatu yang benar. Itulah juga yang dipesan oleh kekasih kita yang terpilih, iaitu Nabi Muhammad s.a.w. (maksudnya): “Hendaklah kamu saling berpesan agar memelihara para pemuda dengan baik kerana sesungguhnya mereka itu memiliki hati yang paling lembut.”



Bertitik tolak dari sini, maka terdapat beberapa perkara yang wajib ke atas kamu terhadap semua aspek yang melingkungi kamu dan yang berkaitan dengan diri kamu.
1. Kewajipan terhadap diri sendiri
Sesungguhnya kamu kini berada pada peringkat usia paling subur dan paling kuat. Maka wajib ke atas kamu memelihara kekuatan ini dan menunaikan hak-haknya. Yang aku maksudkan dengan kekuatan di sini ialah semua jenis dan semua anasirnya, iaitu kekuatan lahiriah, maknawiah, ruhiah, jasadiah dan sebagainya. Kamu kini berada pada peringkat kuat di antara dua peringkat lemah sebagaimana dinyatakan di dalam firman Allah yang bermaksud: “Allah yang menciptakan kamu bermula dengan keadaan lemah, selepas berkeadaan lemah itu Ia menjadikan kamu kuat. Setelah itu Ia menjadikan kamu lemah pula serta tua beruban…” Ar-Rum:54

Dan kamu akan ditanya pada Hari Qiamat nanti tentang peringkat ini sebagaimana ditegaskan oleh Nabi s.a.w. di dalam Hadis yang bermaksud: “Tidak akan berganjak dua tapak kaki seseorang hamba sebelum dia ditanya tentang empat perkara: tentang umurnya, ke mana ia dihabiskan? Tentang usia mudanya, untuk apa ia digunakan?…” Lihat, meskipun muda itu sudah termasuk dalam usia keseluruhannya, namun baginda sebut secara khusus tentangnya memandangkan kepentingan usia peringkat ini.
Kita perhatikan di dalam Hadis tersebut, Nabi s.a.w. mengibaratkan usia muda itu laksana pakaian yang kita pakai untuk satu tempoh tertentu, kemudian kita menaggalkannya. Maka wajar bagi kita mengambil peluang menggunakan usia muda dengan sebaik-baiknya. Sesungguhnya masa muda adalah satu nikmat paling besar sepanjang usia keseluruhannya dan ia adalah salah satu nikmat yang tidak disedari oleh kebanyakan manusia, kesihatan dan masa lapang.

Justeru, hendaklah kamu mempertingkatkan diri kamu dari aspek keimanan, keruhanian, ibadah, ilmu, pembelajaran, sukan dan pelbagai bidang agar kamu menjadi insan yang berguna kepada agama, tanah air, umat dan diri kamu. Sejauh mana besarnya dan beratnya tanggungjawab kamu, maka sekadar itulah persiapan yang kamu harus lakukan untuk memikul tanggugjawab itu. Setinggi mana matalamat yang hendak dicapai, setinggi itulah usaha yang mesti dicurahkan untuk merealisasikannya, dan pastinya ganjarannya juga besar dengan izin Allah.

Maka hendaklah kamu mengelokkan hubungan kamu dengan Allah sama ada ketika rahsia dan terbuka. Jangan kamu lakukan perkara yang mendatangkan kemurkaanNya. Hendaklah kamu memohon pertolongan dan bantuanNya. Dialah sebaik-baik Pelindung dan sebaik-baik Penolong.

Putera puteriku yang disayangi,
Jangan kamu memandang remeh terhadap diri kamu, usaha kamu dan tenaga kamu. Sikap itu tidak boleh dikira sebagai warak langsung. Sesungguhnya sungai-sungai di dalam dunia ini terbentuk daripada titisan air hujan jika air hujan itu dukumpulkan pada satu aliran dan pada waktu yang sama. Namun awas! Jangan pula kamu sombong dan terpedaya kerana sifat sombong walaupun sebesar zarah membuatkan kita haram masuk syurga. Maka hendaklah kamu yakin pada diri kamu, potensi kamu dan keupayaan kamu. Hendaklah kamu belajar dari mereka yang terdahulu daripada kamu. Sesungguhnya hikmah itu pencarian mukmin. Di mana saja dia menemuinya, dialah yang paling berhak mengambilnya.
Realisasikan pada diri kamu 10 sifat individu muslim yang telah digariskan oleh Imam asy-Syahid Hasan al-Banna rahimahullah. Jadikan ia manhaj yang praktikal bagi kamu sedaya mampu kamu. 10 sifat itu ialah: jasad yang kuat, akhlak yang mantap, fikiran yang bermaklumat, mampu bekerja, aqidah yang sejahtera, ibadah yang sahih, bermujahadah melawan nafsu, sangat menjaga waktu, urusannya tersusun, berguna untuk orang lain.” Sifat-sifat inilah yang menjadi tonggak pembentukan sahsiah mutakamilah yang mampu memikul beban dalam perjalanan membina umat yang maju, cemerlang dan gemilang.
Jadikan diri kamu sebagai qudwah solehah bagi orang sekeliling kamu, sama ada orang yang committed dengan Islam atau tidak, bahkan bagi orang Islam dan bukan Islam. Aku mengingatkan kamu agar berlaku ihsan dalam semua bidang, dalam bidang akdemik, akhlak, kelakuan, berbakti kepada kedua ibu bapa, dakwah kepada Allah, berkhidmat kepada manusia, taat kepada Allah, cintakan tanah air, keluarga dan warganegara seluruhnya.

Jadilah kamu orang yang berenovatif dan kreatif. Keluarkan seluruh keupayaan kamu, gunakan ia untuk berkhidmat kepada tanahair kamu supaya seluruh alam berbangga dengan kamu. Hendaklah kamu jadi orang yang pakar dan mahir dalam pelbagai bidang dan pelbagai jurusan. Semua ini tidak akan terlaksana melainkan dengan ilmu, amal, sabar dan gigih.

Berhati-hatilah kamu dari penyakit hati dan hawa nafsunya. Ketahuilah bahawa orang yang mampu menguasai dirinya, maka dia akan mampu menguasai orang lain. Maka ikhlaskan diri kamu kepada Allah dan taatilah Dia. Perelokkan amal kamu, curahkan tenaga kamu, nescaya Allah redha kepada kamu, umat kamu akan maju dan terlaksanalah matlamat kamu.

Pastikan kamu bersahabat dengan orang yang baik dan orang yang dapat membantu kamu dalam mentaati Allah dan memajukan diri kamu dalam segenap lapangan. Ketahuilah bahawa sebaik-baik sahabat itu ialah orang yang apabila kamu ingat kepada Allah, dia membantu kamu dan apabila kamu lupa, dia mengingatkan kamu.

Putera puteriku yang dikasihi,
Jangan kamu memandang rendah kepada diri kamu dan usia kamu. Berapa ramai sudah pemuda yang telah mengubah wajah sejarah. Di dalam sirah dan sejarah lama dan baru terdapat fakta yang menyokong kata-kataku ini. Maka jadilah kamu pemuda jenis ini, yang sirahnya ditulis dengan huruf-huruf daripada cahaya dan dengan tinta daripada emas.

Maka tanggungjawab kamu sangat besar, lebih-lebih lagi selepas revolusi Arab yang hebat. Dan para pemuda telah memainkan peranan yang sangat cemerlang dalam menjayakan revolusi tersebut. Mereka bekerjasama dengan semua golongan rakyat dan menyatukan seluruh kekuatan yang ada. Ketahuilah bahawa revolusi belum lagi berakhir sehingga terlaksana matlamat kita sepenuhnya. Inilah yang menuntut kita mencurahkan tenaga, menambahkan sumbangan lagi dan lagi sehingga revolusi ini masak ranum dan Negara kita terangkat maju ke hadapan.

2. Kewajipan terhadap kedua ibu bapa
Ingatlah Allah dan ingatlah pesanan Allah mengenai ibu bapa kamu. Mereka adalah jalan kamu menuju ke syurga. Maka berbaktilah kepada mereka, taatilah mereka, dekatkan diri dengan mereka, berusahalah untuk menunaikan hajat mereka dan berendah dirilah dengan mereka. Elakkan diri kamu dari perkara yang menimbulkan kemarahan mereka atau melanggar suruhan mereka dalam perkara yang makruf. Firman Allah bermaksud: “Dan Tuhanmu telah perintahkan, supaya engkau tidak menyembah melainkan kepadaNya semata-mata, dan hendaklah engkau berbuat baik kepada ibu bapa…” Al-Isra’:23
Di dalam mentafsir firman Allah yang bermaksud “maka janganlah engkau berkata kepada mereka (sebarang perkataan kasar) sekalipun perkataan “Ha”, dan janganlah engkau menengking menyergah mereka, tetapi katakanlah kepada mereka perkataan yang mulia (yang bersopan santun).”, sebahagian ulamak berkata, hendaklah kamu bercakap dengan lembut, mengandungi perasaan belas kasihan, manarik hati mereka, sesuai dengan kehendak dan kecenderungan mereka sedaya mampu kamu, lebih-lebih lagi ketika mereka telah tua.

Aku suka menarik perhatian kamu kepada sabda Nabi s.a.w. yang cukup padat dan penuh hikmah (maksudnya): “Keredhaan Tuhan terletak pada keredhaan ibu bapa, dan kemurkaan Tuhan terletak pada kemurkaan ibu bapa.” Dan sabdanya (bermaksud): “Celakalah dan kecewalah!” Mereka bertanya, “Siapakah yang celaka itu wahai Rasulullah?” Baginda menjawab, “Orang yang sempat bersama ibu bapa atau salah seorang daripada keduanya ketika tua, kemudian dia tidak tidak masuk syurga.” Ketahuilah bahawa datuk nenek kamu adalah akar bagi pokok keluarga, ayah dan ibu kamu adalah batangnya dan kamu adalah daun-daun, bunga-bunga dan buah-buahnya. Kalaulah tidak adanya mereka, tidak adalah kamu.

3. Kewajipan kamu terhadap tanahair
Sesungguhnya tanahair kamu sangat berhajat kepada tenaga kamu yang ikhlas untuk bangkit, lebih-lebih lagi selepas apa yang telah menimpanya selama ini. Ia telah lama diperas, dizalimi dan dirosakkan. Warganya, potensinya, kekayaannya hampir musnah kesemuanya. Maka hendaklah kamu tolong menolong dengan semua pihak, bersatu padu dengan semua golongan, bekerjasama dengan semua pertubuhan untuk membina tanahair kamu. Ruang dan peluang untuk bekerjasama amat luas demi kebaikan tanahair kita. Kita berkerjasama dalam perkara yang kita sepakati dan kita menerima keuzuran dalam perkara yang kita tidak sepakati.

Hendaklah kamu gariskan matlamat kamu dengan jelas dan tepat agat tenaga kamu tidak terbuang sia-sia, kamu tidak keliru antara hadaf dengan wasilah, tidak memperbesarkan perkara kecil dan memperkecilkan perkara yang besar. Pelajarilah fiqh aulawiyyat dan beransur-ansurlah menyusun langkah. Dengan jelasnya matlamat dalam fikiran kamu, akan teranglah jalan kamu, tenaga dan kesukaran jakan kamu dapat diminimumkan, dan matlamat akan tercapai dengan lebih cepat. Utamakan aspek beramal daripada berteori supaya manusia dapat melihat daripada kamu amal yang hebat, bukan semata-mata cakap. Keadaan seorang lelaki dalam seribu lelaki lebih baik daripada kata-kata seribu lelaki kepada seorang lelaki.

Hendaklah kamu beramal bersungguh-sungguh untuk mencari alternative yang lebih baik yang dapat membantu kamu memanfaatkan waktu kamu. Berhati-hati dengan masa lapang. Sesungguhnya masa lapang itu musuh kamu yang paling ketat. Masa lapanglah yang mendorong pemuda terjerumus ke lembah kesesatan dan keruntuhan akhlak. Kamu juga perlu mengikhlaskan niat, menggunakan semua kebolehan serta bakat dan manfaatkan setiap detik waktu. Itulah rahsia kejayaan dengan izin Allah. Hendaklah kamu menggabungkan diri dengan pusat-pusat aktiviti pemuda, kesatuan sukan, badan kerajaan, majlis tempatan, pertubuhan sukarela, pertubuhan social, badan kebajikan dan sebagainya. Bangunkan, kembangkan, susun program keilmuan dan kemahiran yang berguna. Ikut serta dalam pelbagai kegiatan amal sehingga mereka sedar akan nilai kamu dan risalah kamu dalam kehidupan serta sumbangan kamu yang berguna kepada tanahair kamu.

Hendaklah kamu mengambil berat tentang masyarakat kamu dan permasalahannya dan memainkan peranan yang positif dalam membantunya. Aktifkan minda kamu mencari penyelesaian masalah masyarakat. Hulurkan bantuan kepada yang memerlukan. Berusaha bersungguh-sungguh untuk memenuhi keperluan mereka, “Sesungguhnya Allah mempunyai hamba-hamba yang dikhususkan untuk menunaikan hajat manusia. Digemarkan mereka kepada kebaikan dan digemarkan kebaikan kepada mereka. Mereka akan mendapat keamanan pada hari manusia dalam ketakutan (Hari Qiamat).”

4. Kewajipan terhadap umat
Hendaklah kamu mengambil berat tentang umat kamu dan isu-isunya. Serapkan dalam diri kamu dan berusaha menolongnya. Jangan kamu menyisihkan diri dari permasalahannya kerana siapa yang tidak mengambil berat tentang urusan kaum muslimin, maka dia bukan dari kalangan mereka. Kamu menjauhkan diri dari permasalahan umat kamu merupakan permulaan kepada perpecahan dan pertelingkahan. Dan itu akan membawa kepada kerugian serta menunjukkan kamu tidak berintima’ kepada umat kamu, umat Arab dan umat Islam.

Putera puteriku yang dikasihi,
Sesungguhnya Imam asy-Syahid Hasan al-Banna rahimahullah telah menggariskan di dalam risalahnya “Ilasy-Syabab” rukun-rukun kejayaan. Dia berkata: “Sesungguhnya fikrah akan berjaya apabila keimanan kepadanya kuat, keikhlasan yang sempurna dalam merealisasikannya, semangat (hamasah) yang membuak-buak dalam memikulnya, serta wujud kesediaan untuk berkorban dan beramal demi menegakkannya.” Dari kata-kata ini kita dapati rukun kejayaan itu empat perkara: iman, ikhlas, hamasah dan amal. Rukun-rukun ini merangkumi aspek ruh dan aqidah (iman dan ikhlas) di samping aspek amal dan pelaksaan (hamasah dan amal). Ini merupakan gabungan yang sungguh cantik, semangat (hamasah) pemuda, pengarahan yang baik, kemantapan fahaman, mendahulukan aspek aqidah daripada yang lain.
Di tempat lain beliau berkata: “Dan setiap orang yang beramal dengan benar dari kalangan kamu akan mendapati di medan Islam apa yang selari dengan kehendaknya dan memenuhi aktivismanya jika dia terdiri daripada orang yang benar.” Tabiat pemuda adalah hamasah. Jika tidak dikekang mungkin akan terlajak. Lantaran itu Imam al-Banna menasihatkan: “Kekanglah runtunan emosi dengan pandangan akal. Sinarilah pandangan akal dengan nyalaan emosi.” Maka di sini Imam al-Banna mengekang dan mengawal semangat serta menghalakannya ke jalan yang betul dan lurus, jalan iman, ikhlas dan benar.
Maka berpegang teguhlah dengan empat rukun ini. Realisasikan di dalam diri kamu dan serulah orang lain daripada kamu. Beramallah dengannya dan tukarkan ia menjadi reality yang bergerak bersama kamu di setiap medan kehidupan kamu.

Putera puteriku yang dikasihi,
Imam al-Banna juga telah menyebut di dalam risalahnya yang ditujukan kepada kamu thawabit (perkara yang tetap) jamaah yang terpenting, iaitu: rabbaniah, tadarruj, tabiah, syumuliah. Maka jadikan thawabit ini sentiasa berada di hadapan mata kamu. Berpeganglah dengannya dan beramallah mengikut tuntannya. Dengan itu akan menjamin keselamatan jalan, kebenaran hadaf dan terlaksana natijah yang paling baik dengan izin Allah.

Rabbaniah bermaksud: menuju hadaf yang diletakkan Allah untuk kita, bukan hadaf yang kita letakkan untuk diri kita. Dan kita akan sampai dengan izin Allah dan pertolonganNya. Dan Allah enggan kecuali Dia akan sempurnakan cahayaNya walaupun dibenci oleh orang-orang kafir.”

Tadarruj dan tarbiah bermaksud: “Kita akan didik diri kita semoga kita menjadi individu muslim, kita akan didik rumah kita supaya menjadi rumah muslim, kita akan didik bangsa kita sehingga menjadi bangsa muslim di kalangan bangsa-bangsa yang muslim, dan kita akan tetap teruskan langkah kita sehingga sempurna semua pusingan.”

Syumul bermaksud: “Ikhwan beriman bahawa Islam itu aqidah dan ibadah, tanahair dan bangsa, akhlak dan kebendaan, ilmu dan undang-undang, toleransi dan kekuatan. Mereka yakin dan berpegang teguh bahawa Islam adalah system yang lengkap dan merealisasikannya pada diri dalam semua aspek kehidupan, menyusun urusan dunia sebagaimana menyusun urusan akhirat. Mereka beriktiqad Islam adalah system amali dan ruhi secara seiring. Maka Isalam di sisi Ikhwan adalah din dan daulah, mushaf dan saif (pedang). “sesungguhnya mereka itu orang-orang muda yang beriman kepada Tuhan mereka, dan kami tambahi mereka dengan hidayah petunjuk.” Al-Kahf:13

Dan akhirnya,
Kamu adalah harapan dengan izin Allah. Kami mengetahui bahawa pada kamu ada kebaikan yang besar. Maka rasailah sentiasa wahai pemuda reality yang dialami umat kamu, reality yang cukup masam, pahit, menyedihkan dan tidak ada seorangpun dari kalangan kita yang redha dengannya. Rasailah bahawa di tangan kamu dan dengan usaha kamu akan merobah keadaan umat kamu dan memenangkannya jika terlaksana pada diri kamu dan reality kamu syarat-syarat kemenangan, “Wahai orang-orang yang beriman, kalau kamu membela (agama) Allah nescaya Allah membela kamu (untuk mencapai kemenangan) dan meneguhkan tapak pendirian kamu.” Muhammad:7

Maka hendaklah kamu mengelokkan iman kamu dengan Allah dan ikuti sunnah Rasulullah s.a.w., amal berterusan, tajarrud sepenuhnya, curah tenaga tanpa henti, berkorban apa saja, jujur dengan Allah, dengan diri dan dengan manusia, gunakan tenaga untuk bekerja bersungguh-sungguh kerana diri kita ini jika tidak digunakan untuk perkara yang benar, dia akan sibukkan kita dengan perkara yang batil. Apabila terlaksana semua ini, akan terlaksanalah kemanangan sebagaimana yang telah dicapai sebelum ini, dan ia tidak sukar bagi Allah. “dan sesungguhnya Allah akan menolong sesiapa yang menolong agamaNya (agama Islam); sesungguhnya Allah Maha Kuat, lagi Maha Kuasa;” Al-Hajj:40

Selawat dan salam ke atas Nabi Muhammad, keluargannya dan sahabat-sahabatnya.
Allah Maha Besar dan segala puji bagi Allah.
Muktamar Tullab Ikhwan Muslimin pertama selepas revolusi,

Cairo, Sabtu 26 Syawal 1432H bersamaan 24 September 2011M

والله اعلم
والسلام عليكم

Tuesday, July 19, 2011

Surat buat suami yang mulia

بسم الله الرحمن الرحيم


Assalamu’alaikum wr.wb.




Aku suka memanggil kamu dengan nama di atas. Ia bukan satu panggilan tradisi, sebaliknya ia satu panggilan yang disukai dan digemari Rasulullah s.a.w.. Aku akan beritahu kamu selepas ini dengan izin Allah, kenapa nama ini dipilih.

Adapun sebab aku menulis surat ini ialah beberapa aduan daripada akhawat anggota jamaah IM telah sampai kepadaku. Begitu juga aduan daripada akhawat yang bukan anggota IM. Meskipun aku rasa bertuah kerana diberi peluang hadir di muktamar akhawat yang diadakan beberapa minggu yang lalu di dewan muktamar university al-Azhar di bawah slogan: al-mar’ah al-Misriyyah… min athaurah ila an-nahdhah (Wanita Mesir.. dari revolusi kepada kebangkitan memajukan negeri), dan aku telah berbicara kepada mereka tentang kewajipan wanita di peringkat individu, keluarga dan masyarakat, tetapi kita mesti tahu bahawa di sana terdapat hak-hak mereka daripada lelaki yang merupakan tanggungjawab aku dan tanggungjawab kamu.

Sesungguhynya aku memilih untuk berbicara kepada kamu secara langsung, mengingatkan kamu peranan yang dipikulkan Allah ke atas bahu kamu, yang dipesan oleh Rasulullah s.a.w. kepada kamu ketika baginda berada di ambang kematian. Ia merupakan wasiat terakhir yang paling berharga pernah diungkapkan oleh orang yang berwasiat.

Tuhan yang memiliki kebesaran berpesan kepada kamu supaya menjadikan hubungan kamu dengan isteri kamu bertunjangkan mawaddah dan rahmat, dibaluti kesedaran akan masuliah (pertanggungjawaban). Maka kamu adalah pengemudi bahtera keluarga. Kepimpinan kamu adalah kepimpinan yang berupa pertanggungjawaban, bukan penghormatan. Tuhan kamu berpesan supaya kamu jangan lupa kerana jika kamu lupa, kamu akan dilupakan. “… dan janganlah pula kamu lupa berbuat baik dan berbudi sesama sendiri. Sesungguhnya Allah sentiasa melihat akan apa jua yang kamu kerjakan.” (Al-Baqrah:237). Al-fadhl ialah kamu memberi lebih banyak daripada kamu meminta, kamu mengambil hak kamu lebih sedikit daripada yang sepatutunya.

Dia berkata kepada kamu, bahawa kamu melindungi isteri, anak-anak daripada kemudaratan dan perkara yang membahayakan sama ada dari aspek kebendaan dan maknawi, juga usaha kamu membawa manfaat kebendaan dan maknawi kapada mereka merupakan tanggungjawab yang diletakkan di atas bahu kamu sejak mula dijadikan ayah kamu Adam dan ibu kamu Hawwa sebagaimana firmanNya yang bermaksud: “Maka, Kami berfirman: Wahai Adam sesungguhnya Iblis ini musuh bagimu dan bagi isterimu; oleh itu, janganlah dia menyebabkan kamu berdua keluar dari Syurga, kerana dengan yang demikian engkau (dan isterimu) akan menderita.” (Ta Ha:117)

Dan Rasulullah Musa a.s. telah merealisasikannya secara amali, sebagai mematuhi tuntutan Ilahi yang penuh dengan hikmah yang sangat mendalam maknanya “Ketika dia melihat api, lalu berkatalah dia kepada isterinya: Berhentilah! Sesungguhnya aku ada melihat api semoga aku dapat membawa kepada kamu satu cucuhan daripadanya atau aku dapat di tempat api itu: Penunjuk jalan.” (Ta Ha:10). Ayat ini mahu menyampaikan bahawa Musa seoalah-olah berkata kepada keluarganya: kamu tunggu di sini! Aku akan meninjau keadaan sekitar untuk mengelakkan kamu daripada bahaya dan perkara yang memudaratkan. Dan aku akan bawa kepada kamu perkara yang bermanfaat dari segi maddi dan maknawi.

Dan Allah juga telah menjadikan ikatan hubungan suami isteri ini dengan aqad yang kukuh yang diikat sendiri oleh kamu. Kamulah yang wajib memeliharanya. Allah akan menghisab kamu faktor-faktor yang menjadi ikatan itu kekal kukuh atau terburai “Dan bagaimana kamu tergamak mengambil balik pemberian itu padahal kasih mesra kamu telah terjalin antara satu dengan yang lain dan mereka pula (isteri-isteri kamu itu) telahpun mengambil perjanjian yang kuat daripada kamu?” (an-Nisaa’:21)

Adapun kesalahan wanita atau keaipan mereka, ia seumpama keaipan kamu dan kesalahan kamu. Kedua-dua kamu perlukan kesabaran untuk merawatnya. Namun tali kekangannya tetap berada di tangan kamu agar kapal ini hanya dikemudikan oleh seorang individu sahaja. Urusan keluarga bukan tempat untuk berebut kuasa atau beradu tenaga untuk jadi ketua sabagaimana yang cuba dilakukan oleh musuh-musuh Islam dan musuh-musuh kemanusiaan untuk mencarikkan ikatan yang suci ini. Mereka cuba menyalakan api pertentangan antara lelaki dan perempuan dengan mengunakan setengah kesalahan yang dilakukan oleh sebahagian suami dan mengaitkan kesalahan itu dengan sistem Islam, syariah rabbaniah yang telah meletakkan tanggungjawab kepimpinan di bahu lelaki, semua lelaki ke atas semua wanita, demi memelihara kesejahteraan masyarakat.
Sesungguhnya al-Quran telah menyatakan dengan ringkas dan padat semua sistem-sistem yang diperlukan oleh manusia. Semua itu tersimpul di dalam beberapa ayat yang sangat ringkas. “Demi malam apabila ia menyelubungi segala-galanya (dengan gelap-gelitanya), Dan siang apabila ia lahir terang-benderang; Demi Yang menciptakan (makhluk-makhlukNya) lelaki dan perempuan, (jantan dan betina); (Maksud al-Lail:1-3)
Malam dan siang, lelaki dan perempuan, saling bergandingan, lengkap melengkapi. Bukan berebut dan bersaing. Tiada kelebihan yang satu ke atas yang lain kecuali dengan melaksanakan peranan masing-masing.

Sebagai contoh, lihat isteri Firaun. Firaun mendakwa dirinya sebagai tuhan. Namun dakwaan itu sedikitpun tidak menjejaskan iman isterinya. Sebaliknya dua orang wanita lain yang menjadi isteri kepada dua orang nabi yang mulia, tidak mendapat apa-apa kelebihan di sisi Allah di sebabkan keingkaran mereka. Dan Maryam pula, seorang wanita solihah yang tidak bersuami. Jadi setiap individu mempunyai kedudukan tersendiri di sisi Allah. Ia dihisab secara berasingan daripada pasangan masing-masing. Setiap orang mempunyai masuliah fardiah yang tidak boleh dipikul oleh orang lain.

Ketika Nabi s.a.w. menyebut bahawa wanita seperti tulang rusuk yang bengkok, itu tidak bermakna keaipan bagi wanita kerana wanita tidak menciptakan dirinya sendiri. Dari sisi lain kita dapati tulang rusuk yang bengkok itulah sebenarnya bentuk yang paling baik dan paling ideal. Kalaulah tidak kerana tulang rusuk itu bengkok, jantung tidak akan berada dalam keadaan yang selesa dan tidak akan dapat menjalankan pungsinya membekalkan darah ke seluruh anggota. Sepasang paru-paru juga begitu. Jika tulang rusuk tidak bengkok, seluruh tubuh tidak dapat bernafas, insan tidak akan hidup sihat dan sejahtera, tidak akan mampu melaksanakan tugas dan tanggungjawab yang diamanahkan ke atasnya.

Justeru, Allah Azza wa Jalla berkata, ketika kamu tidak suka kepada sesuatu perkara yang ada pada isteri kamu – kesempurnaan itu hanyalah milik Allah jua - kamu juga tidak terlepas dari kekurangan dan kesilapan. Dalam kontek ini Allah berfirman maksudnya: “… Kemudian jika kamu (merasai) benci kepada mereka (disebabkan tingkah-lakunya, janganlah kamu terburu-buru menceraikannya), kerana boleh jadi kamu bencikan sesuatu, sedang Allah hendak menjadikan pada apa yang kamu benci itu kebaikan yang banyak (untuk kamu).” (An-Nisaa’:19)

Rasulullah s.a.w. pula telah menghuraikan perkara ini dengan terperinci dan praktikal yang kamu boleh laksanakan dengan segera. Kamu yang mesti laksanakan, bukan dia (isteri kamu) kerana kamu adalah pengemudi, kamu yang bertanggungjawab. Baginda bersabda maksudnya: “Janganlah seorang mu’min itu (suami) membenci seorang mu’minah (isterinya) kerana boleh jadi dia tidak suka pada sesuatu perangainya, dia suka perangainya yang lain”. Maksudnya di sini, jika kamu melihat sesuatu yang tidak ada kaitan dengan prinsip-prinsip iman, maka kamu mesti mengubah mood kamu sendiri, sehingga kamu dapat melihat dan mengiktiraf kelebihannya dari aspek yang lain yang pastinya terlalu banyak yang kamu sukai. Maka dengan itu perasaan benci dengan segera akan bertukar menjadi sayang.

Aku ingin mengingatkan kamu satu maklumat yang simple yang kadang-kadang kita lupa. Tidakkah zakat fitrah isteri kamu, anak-anak dan khadam kamu yang bayar walaupun isteri kamu seorang yang kaya raya? Itu merupakan lambang pertanggungjawaban yang dipikulkan ke atas kamu kerana itu bukan zakat harta. Zakat harta yang dimiliknya adalah tanggungjawab dia sendiri. Dia yang mesti tunaikan secara berasingan daripada kamu. Awas kamu! Jangan ambil sedikitpun daripada hartanya tanpa izinnya dan jangan halang dia berbuat baik kepada keluarganya mengikut sukanya. Jika kamu berbuat demikian maka hisab kamu di sisi Allah amat sukar. Allah mengharamkan kezaliman ke atas diriNya dan menjadikan kezaliman itu haram ke atas sesama hambaNya.

Jadilah kamu orang yang sentiasa setia kepada isteri kamu kerana Rasulullah s.a.w. sentiasa setia kepada isterinya Khadijah r.a., kesetiaan yang sungguh indah sehingga selepas Khadijah meninggal dunia. Ia menjadi contoh bagi seluruh umat manusia. Begitu juga baginda tidak menyembunyikan perasaan cintanya kepada Aishah r.a. ketika baginda ditanya siapakah manusia yang paling baginda cintai. Maka dengan spontan baginda menjawab dengan terang dan tegasa: “Aishah!” Lalu sahabat berkata bahawa mereka bukan tanya tentang wanita, dan sekali lagi baginda menjawab: “Ayahnya!”. Baginda tidak berkata “Abu Bakar”, sebaliknya berkata: “Ayahnya”. Ia memberikan gambaran hubungan mesra dan intim antara baginda dan Aishah dan secara tidak langsung menggambarkan kedudukan Abu Bakar di sisi baginda.

Adakah kamu fikir ada ungkapan yang lebih indah daripada ini bagi menggambarkan rasa cinta seorang suami kepada isterinya? Unggkapan yang begitu tulus lahir dari bibir suami pastinya mampu memadam apa-apa kesilapan dan perselisihan antara kamu berdua. 
Seandainya masalah yang kamu hadapi, na’uzubillah, sudah sampai ke tahap bercerai, dan cerai adalah perkara halal yang paling dibenci Allah, isteri yang diceraikan itu berhak tinggal di rumah kamu, hak yang ditentukan sendiri oleh Allah, agar dengan keberadaannya di rumah itu, hati kamu dan hatinya akan jadi lembut, dan perselisihan yang berlaku sebelumnya akan lebur. Tidakkah kamu nampak, dalam keadaan yang begitu genting sekalipun, Allah tetap menghendaki kamu melaksanakan tanggungjawab dengan sebaik mungkin. Perhatikan ayat-ayat berkaitan dengan talaq, kebanyakannya dibasahi dengan ciri-ciri kelembutan dan kebajikan. Lihat surah at-Talaq ayat 1 hingga 3.

Akhirnya jangan kamu lupa wasiat perpisahan kekasih kita s.a.w. “Hendaklah kamu berpesan agar berbuat baik kepada wanita…”. Sungguh mengkagumkan, wasiat ini digandingkan dengan wasiat supaya menjaga solat. Tidakkah kamu rasa bahawa ia merupakan suatu perkara yang sangat penting?

Justeru, wahai saudaraku para suami, di manapun kamu dan dalam keadaan apapun, maka setia dan setialah kepada isteri kamu! Berbuat baik dan berbuat baiklah kepada isteri kamu! Beri perhatian dan beri perhatianlah kepada perasaan isteri kamu! Berbakti dan berbaktilah kepada keluarga isteri kamu! Bantu dan bantulah isteri kamu untuk berbakti kepada keluarganya. Bawalah isteri kamu memikul bersama kamu beban keluarga dan beban dakwah. Jadikan dia sandaran belakang kamu supaya dia dapat berjalan seiring kamu sambil membawa risalah dakwah yang diwajibkan Allah ke atas kamu.

Awas dan awas daripada mengambil hartanya tanpa kerelaannya. Adapun jika dia rela, Allah telah jelaskan hukumnya di dalam firmanNya yang bermaksud: “… Kemudian jika mereka dengan suka hatinya memberikan kepada kamu sebahagian dari mas kahwinnya maka makanlah (gunakanlah) pemberian (yang halal) itu sebagai nikmat yang lazat, lagi baik kesudahannya. (An-Nisaa’:4)

Ingat neraka dan neraka! Selamatkan isteri kamu darinya. “Wahai orang-orang yang beriman! Peliharalah diri kamu dan keluarga kamu dari Neraka…” (At-Tahrim:6)

Ingat syurga dan syurga. Bawalah dia bersama kamu serta anak-anaknya. “Mereka dengan pasangan-pasangan mereka bersukaria di tempat yang teduh, sambil duduk berbaring di atas pelamin;” (Ya Sin:56)

Dan ingatlah juga bahawa orang yang terbaik dalam kalangan kita ialah yang paling baik kepada isterinya. Dan sesungguhnya Rasulullah s.a.w. orang yang paling baik kepada isterinya dalam kalangan seluruh umat manusia. Maka adakah kita mencontohinya?

Akhirnya, Rasulullah s.a.w. menamakan kamu suami yang mulia (zauj karim) selama kamu melaksanakan wasiatnya yang bermaksudnya: “Tidak memuliakan wanita kecuali orang (suami) yang mulia, dan tidak menghina wanita kecuali orang yang tercela!”. Maka jadilah kamu wahai saudaraku suami muslim yang mulia. Semoga Allah berkati kamu pada isteri kamu, harta kamu dan anak-anak kamu. Semoga Allah rahmati ibu bapa kamu dan ibu bapa isteri kamu sama ada mereka masih hidup di dunia ini atau telah berpindah ke alam abadi. Semoga Allah himpunkan kamu berdua dalam kebaikan dunia dan akhirat. Semoga Allah berkati zuriat kamu berdua.

Sesungguhnya aku telah berbicara kepada para isteri dalam muktamar lepas dengan membawakan satu Hadis yang menjamin pahala untuk mereka, iaitu seorang wanita yang melayan suami dengan baik pahalanya menyamai jihad, solat jamaah, solat jumaat dan mengiringi jenazah. Dan redanya kamu kepada mereka merupakan pintu untuk mereka masuk syurga.

Aku berharap kamu tidak lupa kepada kami dalam doa-doa kamu yang baik-baik.
Was-salamu’alaikum wr.wb.

Saudara kamu,
Dr. Muhammad Badi’
Murshid Am Ikhwan Muslimin.


والله اعلم
والسلام عليكم

Tuesday, March 22, 2011

Mashru' Baitul Muslim

بسم الله الرحمن الرحيم

Sudah lama saya tidak menulis di sini, dan bukannya saya tiada masa lapang sekurang-kurangnya 30 minit seminggu untuk menulis, cuma saya tidak meletakkan prioriti penggunaan masa saya buat masa kini untuk menulis... (dah jadi student balik la katakan huhu).. yang penting jangan pernah rasa jemu dan penat dalam menulis manusia kan?


Walaubagaimanapun kini kehidupan saya telah banyak berubah atau dengan bahasa yang lebih tepat, beralih fasa. Ingin saya kongsikan satu kisah yang diceritakan dalam sebuah sesi sharing bersama seorang syeikh al murobbi yang sangat hebat dan para syuyukh di seluruh pelosok Johor, kisah yang sangat menyayat hati, menginsafkan saya terutamanya yang konon mengaku daie full timer ilallah. Kisah yang benar-benar mentajdidkan balik iman dan amal saya, penggantungan dan pengharapan hakiki hanya dengan Allah s.w.t. semata-mata, dan tidak mensyirikkannya dengan usaha kita sendiri yang kita lakukan. Moga menjadi muhasabah buat kita semua terutama ikhwah akhawat sekalian.




Allah Telah Melihat Kami

Ada satu pasangan ikhwah akhawat yang telah lama berkahwin tapi belum dikurniakan cahaya mata. Pelbagai usaha telah mereka lakukan termasuk menjalani pelbagai rawatan tetapi mereka masih tidak dikurniakan cahaya mata oleh Allah. Akhirnya si isteri itu tadi pun berbicara dengan si suaminya "Ya zauji, aku tahu benar yang kamu sangat inginkan zuriat tetapi telah pelbagai usaha yang kita lakukan namun masih belum membuahkan hasil. Aku benar-benar merasa bersalah. Oleh itu, kau carilah seorang ukhti lain dan kahwinilah dia sebagai isteri keduamu, mudah-mudahan kamu akan dikurniakan cahaya mata oleh Allah s.w.t. insyaAllah."


Si suaminya pula merenung mata isterinya dengan pandangan yang sangat redup dan tenang, sambil membalas " Ya zaujati, tahukah kamu dalam hati aku ini hanya ada diri kamu sahaja. Sukar untuk aku sendiri mengahwini orang lain hanya semata-mata kerana inginkan zuriat kerana aku sangat mencintai kamu. Aku yakin akan pertolongan Allah yang akan tiba nanti, tidakkah kau yakin dengan pertolongan Allah? Kita bersama sejak hari pernikahan atas ikatan aqidah dan dakwah ini, dan aku sangat-sangat yakin akan pertolongan Allah jika kita benar-benar ikhlas berjuang di jalanNya dengan sebenar-benar jihad. Aku akan tetap menunggu bersamamu."


Maka si isteri itu tadi pun berkata," Kita ada harta dan ada rumah, tapi tidak mempunyai cahaya mata. Maka apa kita kerahkan seluruh jiwa raga dan harta benda kita untuk menggerakkan dakwah ini. Saya akan bantu abang dengan segala kudrat yang saya ada insyaAllah." Tersenyum si suami itu lalu mereka menjadikan rumah mereka markas untuk segala aktiviti program tarbawi termasuk daurah, katibah dan sebagainya.



Maka ditakdirkan pada satu katibah ikhwah yang dijalankan di rumah pasangan akh dan ukht tadi.....

Petang itu seperti biasa, sebaik pulang dari kerja serta dalam keadaan berpuasa sunat, ahli katibah akan terus bertamu di rumah yang dijanjikan. tuan rumah pula sibuklah memasak makanan untuk para ahli katibah berbuka puasa. ketika tuan rumah suami isteri seibuk memasak dan setelah cukup semua ahlinya, mereka pun bersila membentuk halaqah dan memulakan bacaan ma'thurat bagi mengisi waktu sebelum berbuka. sebelum ma'thurat mula dibaca, amir katibah memberi sedikit tazkirah tentang ukhuwah fillah, lalu menyeru seluruh ahli katibah agar memberikan doa yang paling tulus buat si tuan rumah suami isteri agar dikurniai zuriat bagi menyambung generasi du'at.

dalam keadaan berpuasa, dan tanpa diketahui sang sabahat al akh yang dicintai itu, setiap mereka memulakan ma'thurat setulus hati dan menyambung ma'thurat dengan doa masing-masing... seusai berdoa, makanan pun siap dimasak dan waktu berbuka sampai. maka berdoalah lagi mereka sebelum berbuka dan makanlah mereka dengan ceria pada malam itu. setelah itu program katibah diteruskan seperti biasa, dan malam itu bereka semua bertahajjud membangunkan malam dengan zikir-zikir dan doa yang tulus... keesokan pagi kembalilah semua ke tempat masing-masing bagi meneruskan kehidupan seperti biasa.

setelah sebulan berlalu, kemudian mereka kembali bertamu di rumah al akh untuk menghidupkan malam katibah bagi bulan berikutnya. petang itu mereka disambut dengan pelukan dan laungan-laungan gembira sesama mereka, kerana al akh yang mereka doakan secara rahsia bulan lalu telah mendapat berita bahawa isterinya yang tidak dapat mengandung selama bertahun2 berkahwin telah hamil beberapa minggu!!!! maka semua ahli katibah mengucap tahnia dan semuanya menangis bercucuran air mata!

kata salah seorang dari mereka; 'kami tidak menangis melainkan kerana dua sebab. pertama, kami tumpang gembira kerana al akh yang kami cintai ini tidak akan memiliki rumah yang sunyi lagi kerana akan memiliki anak penyeri hidup tidak lama lagi. Kedua, yang menyebabkan hati kami sangat tersentuh dan menangis berucucuran air mata kegembiraan, ialah bahawa Allah telah memandang kami dan katibah kami!!!"

Allahu akbar. "Allah telah memandang kami dan katibah kami." Allahu akbar. Hebatnya ukhuwwah dan keikhlasan amal dan doa ikhwah-akhawat tersebut.
Jujur saya nyatakan di sini, orang yang mungkin berhati kurang berperasaan seperti saya ini pun tak dapat menahan air mata daripada mengalir keluar apabila syeikh al murobbi itu menyampaikan kisah ini kepada kami. Kita kadang-kadang sibuk berusaha membina satu pasukan jundullah tetapi apabila tidak menjadi, kita mudah mengeluh dan menyalahkan orang lain. Lupakah kita untuk meminta bersungguh-sungguh dengan Allah? Sedangkan hakikatnya Allah jualah sebaik-baik penentu segala-galanya kerana Allah tahu apa yang kita tidak tahu. Lupakah kita titip doa robithoh yang selalu kita baca- ni'mal maula wa ni'mannashir.....

Jom sama-sama basahkan amal dakwah dan tarbawi kita dengan limpahan iman dan keikhlasan kepada Allah yang sejati....

Ukhuwwah Teras Kegemilangan

والله أعلم
والسلام عليكم