Showing posts with label Myself. Show all posts
Showing posts with label Myself. Show all posts

Wednesday, May 26, 2010

A minute to ponder and think

بسم الله الرحمن الرحيم

Lots of things happened lately, slowly affecting, if not changing myself and my surroundings. However 'kudos' to ustaz hensem for giving me such a simple piece of advice- Sabor Imran. Senyum je dan jangan lupa baca bismillah.

Sounds simple but how far can we heed to this advice? How many times do we forget to make intention properly with bismillah in every single thing that we do? How long can we smile when the going gets tougher, when things are just not going your way or not following your own realm?

Well let's not talk about my problems, that's so selfish of me I reckon'. Let's talk about OUR problem together. Do we realize that we do a lot of unnecessary things in our life? And why do I start raising this question? because I'm getting very annoyed with majority Malaysians driving on the road at night with his/her fog lights on.



That picture above clearly shows the fog light of the lovely sizzling hot Stream RSZ  (just a courtesy picture for those who might not know what a fog light is). Yes in Malaysia, whenever a car has fog lights equipped with them, that means the car is usually a higher spec and not a lower spec (spec = specification) and higher spec means more expensive obviously.

The thing is that there must be a reason why it is called a FOG LIGHT. It is meant to be used when driving in foggy condition or when it was raining so badly in such that the visibility is plain terrible. So why do almost all Malaysians driving on the road use the fog lights every time when they are driving at night??????? It's not even fogging or raining for God's sake and I can even see quite clearly/slightly (not very clear though) without wearing my glasses.

Then only I start to think- is that a kind of way to tell everyone "Hey, look at my fog lights. This is a higher spec car/vehicle wooo... very expensive wooo". Duhh.. stop showing off. Trust me, the glare is just so annoying when you are driving and you encountered such cars turning on their fog light. Sometimes I felt sorry as well "Kesian derang ni, tak tau fog light ni untuk apa agaknya..".Then I start to think one step further. This is just one very small example that we do things unnecessarily in our lives.

We as the servant of God, the 'abdullah, we are called in such a way for some specific reason. We are called al-insan for some specific reason. We are called khalifaturrohman for some specific reason. BUT we do lots of things that are NOT necessary given the purpose of our life based on the definition of those terms I've mentioned previously. Think big and act small. I believe many of us will agree to my statement that we did a lot of unnecessary things in our lives, and please stop justifying every single action that you do. We should learn to evaluate/muhasabah based on facts/figures/al-kitab and not to justify things based on our needs, emotion and desire.

So why do I bother writing this at such time when I'm supposed to be doing something else? To remind me especially about my purpose of life. Imran, stop doing unnecessary things in your life. They might be important or good but they might not be a necessity for us. Just like in my previous post about the chess game. Focus and stop doing unnecessary things in your life. Enough of ramblings and rattlings. Back to work.
 ~Jangan lupa baca bismillah dan senyum~ustaz hensem 2010

والله علم
والسلام عليكم

Friday, November 20, 2009

Learn To Fly



بسم الله الرحمن الرحيم



I was once a small tiny pigeon
Slowly growing, honing skills and experience
To fly as spectacular as an eagle


Strolling down my memory lane
Recollecting the bitter sour from the past
So that it will become sweet in the future
the Petronas pre-departure program
Soaring the Eagle
and the re-orientation program
The Performing Eagle
Heeding the call and the challenge


I've soared high
After flying high and low
And falling many times
Now it's time not just to soar
As high as the swallows 
But it's time to perform
As magnificent as the eagle
The Performing Eagle


When you feel the dream is over
Feel the world is on your shoulders
And you lost the strength to carry on
Even though the walls may crumble
And you find you always stumble through
Remember never to surrender to the dark
Because if you turn another page
You will see that’s not the way
The story has to end




And if you need to find a way back
Feel you’re on the wrong track
Give it time, you’ll learn to fly
Tomorrow is a new day
And you will find your own way
You’ll be stronger with each day that you cry
Then you’ll learn to fly




In your head, so many questions
The truth is your possession
The answer lies within your heart (within your heart)
You will see the doors are open
If you only dare to hope
And you will find a way to fight
The fears that kept you down
Because if you turn another page
You will see that’s not the way
The story has to end


Looking at your situation
There’s so much that you can do
Now’s the time to make your stand
This is just an observation
In the end it’s up to you
The future’s in your hands


Give it time
Then you’ll learn to fly





والله علم 
والسلام عليكم

Wednesday, November 4, 2009

Hamba yang bernafas baru

بسم الله الرحمن الرحيم




My Soul, where have you been all this while…

Like a pencil I am…
A pencil maker told the pencils 5 important lessons. 1st: Everything you do will always leave a mark. 2nd: You can always correct the mistakes you make. 3rd: What is important is what’s inside you. 4th: In life, you will undergo some painful sharpening which will make you a better pencil. And lastly, the most important is; in order to be the pencil you can be, you must allow yourself to be held and guided by the Hand that holds.
Setiap dari ciptaan Allah merupakan hasil tajalli dr sifat Allah. Allah bersifat Rahim jesteru dipercikkan sifat Rahim itu kepada ibu. Allah bersifat Jamal jesteru diberi jamal kepada ciptaannya gunung-ganang, sungai, bunga dan manusia. Setiap dari kejadian, ciptaan, kedukaan, kegembiraan, kebahagian yang diberi dan dujia Allah kesemuanya mengandungi rahsia dan hikmah ilahiyyah. Allah mencipta dan memberi segalanya supaya kita mengembalikan semuanya kepada Allah. Kembali kepada keEsaannya. Menyelongkar rahsia dan hikmah kehambaan kepada Allah.


Sepertimana solat terawih 8 rakaat dan 20 rakaat bilangan bukan isunya kerana keduanya telah ditunjukkan oleh SalafunaSoleh namun the essence and the journey ubudiyyah kita, hingga kita berjaya menanggalkan keakuaan kita dengan hanya melihat keagungan dan keEsaan Allah dan menikmati keindahan beribadah denganNya dengan merasakan kehinaan kita sebagai hambaNya. Hingga bukan bilangan rakaat yang dikira dan dirasa namun nilai ubudiyyah dengan hanya melihat kepada keagungan Allah dirasa.


Segalanya milik Allah. Kita tidak punya apa dan tidak memiliki apa. Diri kita adalah milik Allah, jesteru segala apa yang terjadi juga seharusnya kita kembalikan kepada Allah dengan membawa kita berfikir akan hikmah Ilahiyyah di sebalik semuanya. Tanpa kita sandarkan kepada diri kita sedikit pun.
Setiap apa yang kita rasai dan alami juga merupakan tujahan tarbiyah Allah terhadap sikap keakuan dan nafsu kita. Kepedihan kita, kesakitan yang kita alami merupakan tarbiyah nafsu dan sepatutnnya setiap kali kita mengalaminya kita katakan ini adalah ditujukan kepada nafsuku. Ia untuk mendidik nafsuku. Sehingga proses situ berjalan terus sehingga kita tidak merasa kesakitan itu dan tidak menyandarkannya kepada diri kita. Ianya tidak menyentuh sedikit pun akan hati kita sebaliknya ia belegar di luar dari hati kita.

Setiap zarah dari alam maya ini membawa kita kepada hakikat Tauhid. Membawa kita kepada membebaskan diri kira dari sifat keakuan kepada sifat kehambaan dan menanggalkan dari hati dan jiwa kita nafsu-nafsu yang merasakan kita memiliki apa-apa yang pada hakikat kejadiaannya, satu apa pun tidak kita miliki termasuk diri kita sendiri. Semuanya milik Allah dan kepadaNya lah diri kita dikembalikan juga kerana izinNya jua kita berada di jalan ini. Tidak kita miliki satu zarah apa pun dari apa-apa yang kita miliki.
Pada setiap sujud dan doa kita tumpahkan segenap kerendahan hati dan diri kita padaNya. Dengan bersungguh memohon pada Allah agar ditetapkan hati kita dalam iman dan hidayah juga Taufiq. Jesteru kerana kita tidak memiliki apa-apa semuanya kurniaan Allah juga, Takutlah akan sikap keakuaan yang akan membawa kita kepada kebesaran hati. Takutlah akan kehilangan nikmah iman dan hidayah kerana ianya kurnia dari Allah, Andai Allah tidak memberi kita juga tidak merasa. Andai Allah tidak memilih kita juga tidak berada di sini. Rendahkan dirimu serendahnya dan katakanlah pada dirimu sendiri andai kita berasa ujub, riya, takabbur atau ananiyah. “ Nyahlah wahai sifat-sifat tercela itu. Layakkah kamu merasa sedemikian sedang kamu tidak memiliki apapun. Hatta diri kamu ini bukan milik kamu. Amat biadaplah andai kamu merasa riya’ atau ujub sedang kamu itu bukanlah siapa-siapa.

Perjalananan kita menuju Allah membawa kita kepada hilangya sifat keakuaan dan semakin baiknya hubungan sesama manusia kerana kita tidak merasa terkesan dengan kebaikan dan keburukan mereka. Sebaliknya kita melaksanakan apa yang kita perlu lakukan dengan sebaiknya serta menyandarkan semuanya berlaku dengan izin Allah juga agar kita belajar hakikat Ilahiyyah dan ubudiiyah. Kita memandang sekeliling, akan duduk halnya sekian hamba Allah dengan mata hati dan kerendahan diri. Semoga ahlul ma’siah akan diberi taufiq, semoga ahlul kuffar dikurnia hidayah.

Nikmati keindahan kalam-kalam Allah dengan meyeluruhi sekian makna kalimah Allah dengan meyelaminya dengan jiwa kita. Betapa indahnya ayat-ayat Allah dalam surah-surah An-Najm, Ad-Dzariaat, Al-Fussilat, Al-Qamar, Al-Qaf serta surah-surah lain yang menceritakan akan keagungan, kekuasaan dan keEsaan Allah.  Betapa azab Allah itu keras kepada kuffar dan Rahmah Allah itu sangat murah kepada mereka yang kembali kepadaNya.. Al-Quran merupakan hiburan bagi Mu’min. Lagu yang merindukan Baqa’. Penawar bagi yang sakit dan bersedih hati. Petunjuk bagi yang mencari.
“ Al-Quran ini adalah pedoman bagi manusia, petunjuk dan rahmat bagi kaum yang meyakini.” Surah Al-Jatsiyah 45:20


“ Dan janganlah kamu berjalan di muka bumi ini dengan sombong, kerana sesungguhnya kamu sekali-kali tidak dapat menembusi bumi dan sekali-kali kamu tidak akan sampai setinggi gunung” Surah Al-Isra 17:37.
Segalanya kembali kepada Allah. Allahlah yang Maha Sempurna. Semoga hati kita sentiasa khauf dan raja’. Semoga ianya jauh dari kelalaian dan besar diri. Semoga ianya sentiasa kembali pada Allah dan hidup dengan mengingati Allah dan melaksanakan suruhanNya. Semoga kita akan dihidupkan dan dimatikan dalam iman. Kerana semua itu milik Allah dan semuanya mudah sahaja bagi Allah. Nasib kita tidak kita ketahui bagaimana keadaannya kelak, moga-moga kita menjadi mereka yang diRedhai Allah dan meredhaiNya.  Amin.
" Ya Allah, janganlah kiranya KAU tinggalkan aku "





والله علم
والسلام عليكم

Sunday, July 26, 2009

Bahasa jiwa bangsa

بسم الله الرحمن الرحيم

Just a short one.

Mengapakah bahasa Melayu menjadi sedemikian rupa?

Tun Mahathir rasis -antara tajuk utama akhbar Mingguan Malaysia

Tajuk berita itu bukannya menyebabkan saya terpanggil kerana tajuknya, tetapi kerana penggunaan bahasanya. Banyak lagi contoh lain yang saya yakin ramai dah biasa gunakan.

Contohnya diskusi. Kenapa tak guna perkataan perbincangan? Introduksi. Kenapa tak guna pengenalan?

Saya tidak mempersoalkan kenapa wujud perkataan baru, lebih-lebih lagi diimport dari bahasa Inggeris. Kerana saya sedar memang sejarah bahasa Melayu ni memang banyak diambil dari bahasa lain perbendaharaan katanya terutamanya bahasa Arab dan bahasa Inggeris. Tetapi, mengapa perlu wujudkan perkataan baru dalam bahasa jika sudah wujud perkataan lain sebelum itu yang membwa maksud yang sama. Macam kes di atas. Kenapa nak memperkenalkan perkataan diskusi sedang dalam bahasa Melayu sudah ada perkataan perbincangan yang membawa maksud yang sama dengan diskusi tetapi beridentiti yang jelas.

Oh well... OK Imran. You are bound to finish your coding on your final year project and not surfing. Let's go!

والله علم
والسلام عليكم

Thursday, June 18, 2009

Muhasabah cintaku

بسم الله الرحمن الرحيم


Wahai... Pemilik nyawaku
Betapa lemah diriku ini
Berat ujian dariMu
Kupasrahkan semua padaMu


Tuhan... Baru ku sedar
Indah nikmat sihat itu
Tak pandai aku bersyukur
Kini kuharapkan cintaMu



Kata-kata cinta terucap indah
Mengalun berzikir di kidung doaku
Sakit yang kurasa biar jadi penawar dosaku
Butir-butir cinta air mataku
Teringat semua yang Kau beri untukku
Ampuni khilaf dan salah selama ini

Ya ilahi....
Muhasabah cintaku...

Tuhan... Kuatkan aku
Lindungiku dari putus asa
Jika ku harus mati
Pertemukan aku denganMu

Edcoustic-Muhasabah Cinta


Ya Allah, ya Rabb, pemilik nyawaku, pemilik seluruh alam
aku hanya mampu mengadu kepadaMu
segala kesusahan yang aku lalui selama ini
segala pahit-maung jerih perjuangan
mungkin kerana khilaf dan kesalahanku selama ini

Ingin sahaja aku minta agar nyawaku ditamatkan segera
sementara aku masih belum berputus asa
dan masih belum tergelincir
walaupun berkali-kali ku berada di tebing gaung
yang dalam tiada berpenghujung

Teringatku tatkala Musa gentar menghadap Firaun
lalu berdoa Musa minta dipermudahkan segala urusan
dan dikurniakan Tuhan seorang saudara seperjuangan
mungkin kurang doaku, harapanku padaMu
mungkin itu sebab musibah dan mehnah menjengahku

Kau yang mengetahui segala isi hati
ku rasa bagai telah sampai ke penghujung jalan
tabahkan diriku dalam menghadapi dugaan ini
agar tidak ku berhenti di pertengahan
sentiasa ku cuba yakini diri bahawa ada hikmah di sebaliknya


Kau sahaja yang memahami diriku ini ya Ilahi
muhasabah cintaku buat kali ini
doa dan harapku hanya padaMu
ku hanya mampu berusaha sedaya kudrat yang ada
kurniakanku 'Harun' ya Allah dalam meneruskan perjalanan ini

Maafkanlah diri ini pabila tak sempurna menyintaiMu



والله علم
والسلام عليكم

Sunday, November 2, 2008

Boys don't cry...

بسم الله الرحمن الرحيم

It was this day, I can still remember. The first time I had 'death' event in my family. I knelt down, leaned forward and planted a kiss on grandma's forehead. Her skin was cold and pale. The strong scent of the potpourri of flowers emanated from her. I looked up. All around me, women were teary-eyed. Some were clearly sobbing.

With a queue behind me waiting for their turns, I stood up and quickly made my way outside. At the corridor, the men stood around looking stoic and serious. Very little was said. A few were leaned agaist the parapet nonchalantly puffing on their cigarettes.

I was 8 years old. It was my first funeral. I didn't cry. Only girls were supposed to cry. Boys don't cry... 



Dad, the Discipline Master

The sound of shattering glass echoed in the living room. Mum rushed out from the kitchen to see what had happened.

"Wait till your dad gets back! You're really gonna get it..." she said swaying her ladel at me.

I quickly grabbed the soccer ball and hid it in my bedroom, and dreaded my dad's return. The thick leather belt hung ominously in my parent's bedroom. I could almost hear it sniggering, for we shall get reacquainted soon... yet again...



I grew up with my parents in very traditional roles. Just like the "Good cop, bad cop" routine you see on TV, Mum played the role of good cop while Dad played the other.

The loving Mum and the disciplinarian Dad.

This dualism of roles is not only played out in our Malay/Muslim community, but is inherent in most parts of the modern world. Reinforced by stereotypes, these roles were considered de facto standards in managing a family well.

However, the image of the strong, silent Alpha male is actually damaging towards the male's emotional and psychological well-being, and it also creates a false model of manhood that is followed by the younger generation.

To maintain this Alpha male facade, men usually try to remain emotionally detached from issues that occur around them. Even personal issues and family issues are sometimes dealt with in a "professional manner". That's why men are poor listeners because they wouldn't want to get too deeply involved emotionally, and they will quickly push aside these problems by providing quick fixes. Men gauge their success by the results gained from these quick fixes.

The important role of being a loving companion for both wife and kids are often much forgotten because this requires a whole lot of conversation and dads are never comfortable with breaking the image of being a pillar of strength for the family. But is true strength measured by a lack of emotional openness?


The Tears of Rasulullah and His Companions

Rasulullah saw, our true role model, was a model of manhood. He was not a man devoid of emotions. He got angry. He laughed. He cried...

“Rasulullah saw entered the room while his son, Ibrahim, was dying. Upon that, his eyes started shedding tears. Then `Abdur-Rahman ibn `Awf said, ‘Even you, Messenger of Allah?!’ Then he said ‘Oh Ibn `Awf! It is but mercy.’ He continued (crying) some more and then said:

“The eyes weep, the heart is full of grief, and we are nothing but that which does not please our Lord. Verily, we are sorrowed for your departure, oh Ibrahim!” [ Hadith Narrated by Imam Bukhari and Muslim ]


When the child (his daughter's son) was brought to the Prophet his breath was disturbed in his chest as if it were in a water skin. On that the eyes of the Prophet became flooded with tears, whereupon Sa'd said to him, "Oh Allah's Apostle! What is this?"

The Prophet said, "This is mercy which Allah has put in the heart of His slaves, and Allah bestows His mercy only on those of His slaves who are merciful (to others)." [ Hadith Narrated by Imam Bukhari ]




The first caliph of Islam, as appointed by Rasulullah saw, was Abu Bakr RA. He was well-known as the companion with the softest of hearts and hence his position as the companion most loved by our prophet.

When Rasulullah saw came to 'A'isha's house, he said: Ask Abu Bakr to lead people in prayer. 'A'isha narrated: I said, Messenger of Allah, Abu Bakr is a man of tenderly feelings; as he recites the Qur'an, he cannot help shedding tears... [ Hadith Narrated by Imam Muslim ]

The second caliph of Islam, 'Umar Ibn Khattab RA, was renowned as the brave warrior who was feared by the Quraish. But, he was the companion to grief the most upon the passing of Rasulullah saw. And there exist several narrations of his soft-heartedness and piety after being appointed caliph.

After the death of Allah's Messenger (may peace be upon him) Abu Bakr said to 'Umar: 'Let's visit Umm Aiman as Rasulullah saw used to visit her.'

As we came to her, she wept. They (Abu Bakr and Umar) said to her: What makes you weep? What is in store (in the next world) for Rasulullah saw is better than (this worldly life).

She said: I weep not because I am ignorant of the fact that what is in store for Rasulullah saw (in the next world) is better than (this world), but I weep because the revelation which came from the Heaven has ceased to come. This moved both of them to tears and they began to weep along with her. [ Hadith Narrated by Imam Muslim ]



Boys Don't Cry?

The true problem of the culture of denying or repressing emotions is that it will manifest itself into different forms and will never be resolved. The male tendency to get angry and be short-tempered is a direct result of issues of grief not being directly addressed and overcome.

Yes, crying doesn't solve any problems, but it does provide a channel of emotional release. The creation of fads such as "The Sensitive New Age Guy (SNAG)" or "EMO" is also a result of our male teens and youth's need to address these negative feelings by being more open emotionally. It has its positive aspects but in truth, there is no need for such tags or labels.

Raise your hands in supplication. Seek help from Allah. Cry.

Curl up in bed. Hug your pillow. Cry yourself to sleep. It takes much more strength to cry than not to cry. Cry. Boys do cry... sometimes.

Cry it out... and seek help and refuge from Allah s.w.t. for He is the All-Listener, All-Knowing, the All-Sustainer.

Pondering over the following verses of Quran in the video below...



والله علم
والسلام عليكم

Tuesday, October 28, 2008

Sukarnya melafazkan cinta

بسم الله الرحمن الرحيم

I stumbled across this song while browsing for some songs on imeem to 'accompany' me while studying. The first thing about this particular song that I found was, it's very undeniable that it's so melancholic. That's my type of song... so I tried to listen to it again but this time, I was paying full attention to the lyrics of this particular song. 

Unic - Lafaz Yang Tersimpan.mp3 - Unic

Luluh hatiku yang sayu
Menatap wajahmu tenang dalam lena
Kasih ku zahirkan laku
Sedangkan bibirku jauh dari lafaznya

Dan raut tuamu membekas jiwaku
Meredakan rindu mendamaikan kalbu
Tak mungkin kutemu iras sentuhanmu
Biarpun kuredah seluruh dunia
Mencari gantimu

Betapa sukarnya menyusun bicara
Meluahkan rasa menuturkan sayang
Kasih yang terlimpah hanya sekadar
Tingkah
Cuma ungkapan kebisuan yang
Melindungkan kalimah rahsia

Masih kubiarkan waktu
Melarikan lafaz kasihku padamu

Mengapakah sukar menyusun bicara
Meluahkan rasa menuturkan sayang
Kasih yang terlimpah hanyalah sekadar
Tingkah
Cumalah ungkapan bisu kalimah rahsia

Apakah yang hilang andai dilisankan
Bait penghargaan penuh kejujuran
Tak mungkin terlihat cinta yang merona
Jika hanya renungan mata yang bersuara
Bukan atur kata

Tiada lagi ertinya pengucapan
Andai akhir nafas di hujung helaan
Sebelum mata rapat terpejam
Usah biar kehilangan
Menggantikan lafaz yang tersimpan



I was so touched by this song really, I mean it. It's true that I really love my parents, especially my mum. True enough, I had never really show or express my love towards them especially through words. Never ever in my life. Perhaps all this while I would find myself very awkward saying this - Ma, Imran sangat sayangkan mama....

Mengapakah sukar menyusun bicara
Meluahkan rasa menuturkan sayang

Am I really going to wait until it is too late for me to express and show my love and gratitude towards them? It's time for a change this time around when I am going back home, InsyaAllah. 

والله علم
والسلام عليكم

Monday, October 20, 2008

Apabila getir ujian yang menimpa

بسم الله الرحمن الرحيم

Ingin saya berkongsi satu artikel yang sedikit sebanyak memujuk hati ini supaya tidak jatuh dan tunduk mengalah kepada keadaan di kala hidup ini terasa sempit bagaikan dihimpit dua keping papan di liang lahad..


Allah s.w.t berfirman, 

“Demi sesungguhnya! Kami akan menguji kamu dengan sedikit perasaan takut (kepada musuh) dan (dengan merasai) kelaparan dan (dengan berlakunya) kekurangan dari harta benda dan jiwa serta hasil tanaman dan berilah khabar gembira kepada orang-orang yang sabar, (iaitu) orang-orang yang apabila mereka ditimpa oleh sesuatu kesusahan, mereka berkata: Sesungguhnya kami adalah kepunyaan Allah dan kepada Allah jualah kami kembali. Mereka itu ialah orang-orang yang dilimpahi dengan berbagai-bagai kebaikan dari Tuhan mereka serta rahmatNya dan mereka itulah orang-orang yang dapat petunjuk hidayatNya. (2:155-157)

Di dalam musnad Imam Ahmad, Nabi s.a.w bersabda,

"Tidaklah seorang hamba yang ditimpa musibah mengucapkan, "Inna lillahi wa inna ilaihi raji'un, ya Allah berilah aku pahala dalam musibahku ini dan gantilah untukku dengan sesuatu yang lebih baik," kecuali Allah akan memberikan pahala dalam musibahnya dan akan memberikan kepadanya ganti yang lebih baik." (HR. Ahmad 3/27)


Kita Milik Allah Dan Kembali Kepada-Nya

Jika seorang hamba benar-benar menginsafi bahwa dirinya adalah milik Allah s.w.t. dan akan kembali kepada-Nya maka dia akan terhibur tatkala ditimpa musibah. Kalimat istirja' ini merupakan penyembuh dan penawar paling mujarab bagi orang yang sedang ditimpa musibah. Dia memberikan manfaat baik dalam waktu dekat maupun di waktu yang akan datang. Kalimat tersebut memuat dua prinsip yang sangat agung. Jika seseorang mampu merealisasikan dan memahami keduanya maka dia akan terhibur dalam setiap musibah yang menimpanya. Iaitu,

Pertama: Bahwasanya manusia, keluarga dan harta pada hakikatnya adalah milik Allah s.w.t. . Ianya bagi manusia tidak lebih hanya sebagai pinjaman, sehingga jika Allah s.w.t. mengambilnya dari seseorang maka ia ibarat seorang pemilik barang yang mengambilnya kembali dari si peminjam. Demikian juga manusia sebenarnya tidak mempunyai apa-apa , sebelumnya (ketika lahir) dia tidak memiliki apa-apa dan setelahnya (ketika mati) ia pun tidak memiliki apa-apa lagi.

Dan segala sesuatu yang dimiliki oleh seorang hamba tidak lebih hanya seperti barang pinjaman yang bersifat sementara. Seorang hamba juga bukanlah yang telah menjadikan dirinya memiliki sesuatu setelah sebelumnya tidak punya. Dan diapun bukanlah menjadi penjaga terhadap segala miliknya dari kebinasaan dan kelenyapan, dia tidak mampu untuk menjadikan miliknya tetap terus kekal bersamanya . Walau apapun usaha seorang hamba dia tidak akan mampu untuk menjadikan miliknya kekal abadi, juga tidak mampu menjadikan dirinya sebagai pemilik hakiki.

Dan juga seseorang itu hendaklah membelanjakan apa-apa yang dimilikinya berdasarkan perintah pemiliknya yang hakiki, memperhatikan apa yang diperintahkan dan apa yang dilarang. Dia membelanjakan bukan sebagai pemilik, kerana Allah-lah Sang Pemilik, maka tidak boleh baginya membelanjakan pinjaman itu kecuali dalam hal-hal yang sesuai dengan kehendak Pemilik Yang Hakiki.

Kedua: Bahawa kesudahan dan tempat kembali seorang hamba adalah kepada Allah Pemilik yang Haq. Dan seseorang sudah pasti akan meninggalkan dunia ini lalu menghadap Allah s.w.t. sendiri-sendiri sebagaimana ketika mula-mula diciptakan, tidak memiliki harta, tidak membawa keluarga dan anak isteri. Akan tetapi manusia menghadap Allah dengan membawa amal kebaikan dan keburukan.

Jika awal mula dan kesudahan seorang hamba adalah demikian maka bagaimana dia akan berbangga-bangga dengan apa yang dia miliki atau berputus asa dari apa yang tidak dimilikinya. Maka memikirkan bagaimana awal dirinya dan bagaimana kesudahannya nanti adalah merupakan penawar paling mujarab untuk mengubati sakit dan kesedihan. Demikian juga dengan mengetahui secara yakin bahawa apa yang akan menimpanya pasti tidak akan sia-sia atau luput dan begitu juga sebaliknya.

Allah s.w.t. berfirman, 

Tidak ada sesuatu kesusahan (atau bala bencana) yang ditimpakan di bumi dan tidak juga yang menimpa diri kamu, melainkan telah sedia ada di dalam Kitab (pengetahuan Kami) sebelum Kami menjadikannya; sesungguhnya mengadakan yang demikian itu adalah mudah bagi Allah. (Kamu diberitahu tentang itu) supaya kamu tidak bersedih hati akan apa yang telah luput daripada kamu dan tidak pula bergembira (secara sombong dan bangga) dengan apa yang diberikan kepada kamu dan (ingatlah), Allah tidak suka kepada tiap-tiap orang yang sombong takbur, lagi membanggakan diri.
(57:22-23)



Ingat Nikmat Yang Masih Ada

Bandingkan besarnya musibah dan besarnya nikmat yang telah diterima. Maka akan didapati bahwa Allah s.w.t masih memberikan nikmat seumpama musibah malah sebenarnya lebih banyak lagi. Dan jika seseorang bersabar dan redha maka Allah s.w.t. akan memberikan sesuatu yang lebih baik dan besar daripada apa yang hilang dalam musibah, bahkan mungkin dengan berlipat ganda. Dan jika Allah s.w.t. menghendaki maka akan menjadikan lebih dan lebih lagi dari yang ada.


Musibah Menimpa Semua Orang

Sedarlah bahawa musibah itu pasti dialami oleh semua orang. Lihatlah ke kanan, maka akan didapati di sana orang yang sedang diberi ujian, dan jika menengok ke kiri maka di sana ada orang yang sedang ditimpa kerugian dan malapetaka. Dan seorang yang berakal, sekiranya ingin memperhatikan sekelilingnya maka dia tidak akan mendapati kecuali di sana pasti ada ujian hidup, entah dengan hilangnya barang atau orang yang dicintai atau ditimpa sesuatu yang tidak disukai dalam hidup.

Kehidupan dunia tidak lain adalah ibarat kembangnya tidur atau bayang-bayang yang pasti lenyap. Jika dunia mampu membuat orang tersenyum sesaat maka dia mampu mendatangkan tangisan yang panjang. Jika ia membuat bahagia dalam sehari maka ia pun membuat duka sepanjang tahun. Kalau hari ini memberikan sedikit maka suatu saat akan menahan dalam waktu yang lama. Tidaklah suatu rumah dipenuhi dengan keceriaan kecuali suatu saat akan dipenuhi pula dengan duka.

Ibnu Mas'ud r.a berkata, "Pada setiap kegembiraan ada duka, dan tidak ada satu rumah pun yang penuh dengan kebahagiaan kecuali akan dipenuhi pula dengan kesedihan. Berkata pula Ibnu Sirin, "Tidak akan pernah ada senyuman yang berterusan , kecuali setelahnya pasti akan ada tangisan."

Hindun binti an-Nu'man berkata, "Kami melihat bahawa kami adalah termasuk orang yang paling mulia dan memiliki harta paling banyak, kemudian matahari belum sampai terbenam sehingga kami telah menjadi orang yang tidak punya apa-apa. Dan merupakan hak Allah s.w.t. bahawa tidaklah Dia memenuhi suatu rumah dengan kebahagiaan, kecuali akan mengisinya pula dengan kesedihan." Dan ketika seseorang bertanya tentang apa yang menimpanya maka dia mengatakan, "Kami pada suatu pagi, tidak mendapati seseorang pun di Arab kecuali berharap kepada kami, kemudian kami di petang harinya tidak mendapati mereka kecuali menaruh belas kasihan kepada kami."


Keluh Kesah Menambahkan Penderitaan

Sedarlah bahawa keluh kesah tidak akan dapat menghilangkan musibah. Bahkan hanya akan menambah serta melipatgandakan sakit dan penderitaan.


Musibah Terbesar Adalah Hilangnya Kesabaran

Ingatlah bahwa hilangnya kesabaran dan sikap berputus asa adalah lebih besar dan lebih berbahaya daripada musibah itu sendiri. Kerana hilangnya kesabaran akan menyebabkan hilangnya keutamaan berupa kesejahteraan, rahmat dan hidayah yang Allah s.w.t. kumpulkan tiga hal itu dalam sikap sabar dan istirja' (mengembalikan urusan kepada Allah).

Kehidupan (duet bersama Nazrey Raihan) - Inteam

Sumber asal : “Ilaj harril musibah wa huzniha,” Imam Ibnul Qayyim (KM)
Dipetik dan diedit dari: www.alsofwah.or.id

والله علم
والسلام عليكم

Monday, October 6, 2008

Peringatan buat diriku di awal pagi...

بسم الله الرحمن الرحيم

Pada pagi 6 Syawal- biasa le... pagi-pagi masak air untuk buat coffee mocha macadamia (namanya grand betul tp pakai instant 3 in 1 nye sachet je)

Saya punye cerek elektrik ni dah lama longgar (for some reason plagnye tak nak lekat sgt dekat power point tu), sebab itu saya biasanya akan memegang kepala plag cerek elektrik tu sehinggalah air masak.

Ditakdirkan pada pagi ini, Allah beri ilham pulak untuk saya letakkan botol air di atas sandwich maker dan kemudian tahan/ sendalkan plag tu at the same time... instead of holding it with my own hand like I used to do all this while..

Sambil-sambil tunggu dan panaskan breakfast, tetiba ada bunyi pelik dari plag tu sendiri diikuti dengan bunyi 'spark' dan diikuti satu kilauan terang (masa ni memang terkedu dan tergamam gak ar sebab tak pernah tgk benda camni berlaku depan mata). Terus satu bilik black out selepas itu (sebab main switch in my room tertutup secara automatik akibat lintar pintas). Yang nampak hanya asap putih yang boleh tahan banyak diikuti dengan bau hangit. 

Saya pun terus mencapai kain kering dan tutup suis power point tersebut. Kemudian saya tanggalkan plag cerek elektrik tu tapi tak nampak apa pun lagi sebab gelap sangat. Then baru saya switch on balik main switch dkat main circuit board dan barula nampak apa yang telah terjadi.


Basically converter plag tu mmg salah satu connector nye hangus.. dan terlekat dkat power point di dapur (memang completely burnt). 

Terus terdetik dalam hati ku rasa syukur tidak terkira kepada Allah. What if I didn't break my norm and continue doing what I used to do - holding the head-plague with my own hand... I would have been zapped and Allah knows best what might happen next

Dan Allah sekali-kali tidak menangguhkan (kematian) seseorang apabila datang waktu kematiannya. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (63:11)

Terima kasih Allah atas peringatan ke atas diriku bahawa kematian itu boleh datang menjengah bila-bila masa sahaja. (tu la diri ni dah terlalu alpa dan leka agaknya- duk sibuk 6 hari 6 malam tak abis-abis beraya sakan)

والله علم
والسلام عليكم

Tuesday, September 30, 2008

Eid Mubarak!

بسم الله الرحمن الرحيم

First and foremost Eid Mubarak to everyone, especially my mum, dad, my fellow siblings, my grannies... Miss you all so much. Not forgetting all my friends wherever you are right now. To my youngest brother, Kamal - Happy Birthday to you!!

Hopefully we have fully utilize the holy month of Ramadhan to train ourselves towards attaining piety, and most importantly to remain steadfast after the month of Ramadhan. During Ramadhan, the battle was just between ourselves and our desire (nafs). Now we have another deadly returning enemy- the devil (syaitan). 

Apart from that, I would like to share some photos of September babies (I was born in the month of September too..lol). Yeah I know it happened ages ago, but it was Ramadhan and I'm too busy to update my blog too. Anyway here it is...

Iftar & Zhariq's, Syuk's and Zik's Birthday Celebration (5/9/08)


Guess what, the birthday boy-Zhariq cooked Nasi Beriani with ayam masak merah with the help of Meezan and Syamim


From left: Zikri, Zhariq & Syukri 

Zikri: Senyum lain macam je wahai akhi manis- ada ape-ape ke?? (hint2 :p)
Zhariq: Nak buat suprise tapi tak jadi (why not ye tak?)... semoga bertambah cemerlang dunia & akhirat ana doakan
Syukri: Dah makin tua nta ek, dah sampai masa nampaknya.... :p

Eid Mubarak again and may Allah accept all our deeds insyaAllah. Amin.

Lebaran Ini - Raihan, Nowseeheart, Ajai & Rem

والله علم
والسلام عليكم

Wednesday, September 17, 2008

The Road Not Taken: At the Crossroads of life

بسم الله الرحمن الرحيم


As a continuation from my previous post on making hijrah (to change) to a better person, I would like to share my story and my personal thoughts on it. Here it goes...

As a teenager, I rarely had the priviledge of sound advice when making big decisions. At that age, it never dawned upon me that those decisions would cause a cascading effect and impact the rest of my life.

You see, the world changes so fast that it has become something vastly different from that of our ageing parents that they sometimes take a hands off approach towards "bigger decisions" in our lives. Yes, they may fret about what you wear, what you eat and what time you are supposed to sleep, but these are little things that are sometimes insignificant in the long term.

Decisions about friends, about education, about life and... about love. All made with advice from similarly confused peers, surrounding influences and through mere gut feeling.

I was quite a high achiever back then. But here's the conundrum - teens have so much knowledge and information made available to them, but those who lack guidance do not have the necessary framework or methodology to digest these information and make smart, well-informed decisions.

All we needed was advice. All we needed was advice. All we needed was advice. So seek advice!

From Tamim Al-Dari RA:
Prophet SAW said: "Religion is nasihah (advice)." We said: "To whom?" The Prophet said: "To Allah and His Book, and His messenger, and to the leaders of the Muslims and their common folk." [ Hadith Narrated by Imam Muslim]


We can read from several hadith narrations how the young companions of the prophet would approach him and say, "Advise me, oh Rasulullah..."

And not having the comfort of an understanding mentor during the transitional teenage years is a common experience too many of us go through... making decisions that we may regret later in life...

Making choices in life


We face many crossroads in life. Sometimes, the decision to initiate change is not as easy as it seems. There have been times when certain factors seem to conspire to prevent that change from occuring.

Yes, we may plan, but verily Allah is the Best of Planners.

“They plot and plan, and Allah too plans; but the Best of Planners is Allah” (8:30)

And we husnu dzon (think positively) towards what Allah has in store for us.

"With God is the Decision, in the past and in the Future..." (30:4)

From Suhaib RA:
Prophet SAW said: "Strange are the ways of a believer for there is good in every affair of his and this is not the case with anyone else except in the case of a believer for if he has an occasion to feel delight, he thanks (God), thus there is a good for him in it, and if he gets into trouble and shows patience, there is a good for him in it." [ Hadith Narrated by Imam Muslim]


Teenagers are not the only ones who are in the transitional period of their lives. From time to time, we face periods of transitions that we have difficulties assimilating ourselves into - studying overseas, changing jobs, death of kith or kin, etc...

One of the most prevalent form of transition among youths is in embracing hidayah. A sudden surge of God-given Islamic awareness causes a whole lot of introspection and fuels the passion for change.

Why do we need to change? Why can't things just remain the same?

"...Verily never will God change the condition of a people until they change it themselves..." (13:11)

People in a crisis of change usually feel isolated. The urge to change brings forth overwhelming guilt if one continues to suppress it and continue to live in denial. And, sadly, some do in the end choose to stay the same, preferring the comfort of familiarity over the pursuit of a better goal, a more pristine destination.

In fact, change is beautiful. The struggle of change is a joy to behold for those who understand. Like watching the leaves turning a magnificent hue of red and orange when it changes to autumn...

They say life's a journey, not a destination.

The purpose of life is for the ultimate destination to meet our Creator. Yes, our journeys may differ, but let us come to the same path before time expires, for our destinations are all the same.

"Be willing to surrender what you are for what you could become."

" Should your path be the same as mine,
Take my hand... let's walk the straight line,
But should your path still veer and bend,
Go in Peace, my friend... "




May Allah guide us all...

والله علم
والسلام عليكم

Wednesday, September 10, 2008

Ramadhan Mubarak

بسم الله الرحمن الرحيم




Just came back from a one week trip to Wellington and Palmerston North. I think it is still not too late to wish everyone Ramadhan Mubarak! I'm not going to ramble much for this whole month for sure. All I wanted to say to all my friends, especially those whom we just met in Wellington, Palmerston North and not forgetting my beloved fellow friends here in Auckland...

TAKE THIS VERY RARE GOLDEN OPPORTUNITY OF RAMADHAN TO MAKE HIJRAH (to change)... TO A BETTER PERSON. Don't be scared to change as I know you will lose a lot from this worldly life when you change.. and become a 'stranger' to most people nowadays... but have faith in Allah's promises in the Quran:

Indeed he succeeds who purifies his ownself. And indeed he fails who corrupts his ownself. (91:9-10)

O you who believe! If you help (in the cause of) Allah, He will help you, and make your foothold firm. (47:7)

If Allah's promises can't even convince you, then you should you really start worrying about your iman (faith) and ask yourself do I really believe in Allah?

Let's all together be a better person throughout this Ramadhan and pray a lot that we will remain steadfast with our deeds even after this Ramadhan has ended. Yakinlah kawan-kawan dengan jalan yang lurus ini...

Daripada Abu Hurairah RA:
Bersabda Rasulullah SAW, "Islam mula tersebar dalam keadaan asing. Dan ia akan kembali asing pula. Maka beruntunglah orang-orang yang asing". [Hadith Riwayat Imam Muslim]






والله علم
والسلام عليكم

Friday, August 29, 2008

Kisah cintaku

بسم الله الرحمن الرحيم



Suatu pagi aku terbangun dan berpeluang melihat mentari terbit. Aaah.. kecantikan alam ciptaan Allah memang tiada tolok bandingnya. Sedang aku memerhati, aku puji Tuhan atas segala keindahan yang telah Ia sajikan .aku duduk dan terasa kehadiranNya di sisiku.

Dia bertanya kepadaku, “Adakah kamu mencintai Aku?” Aku menjawab, “Sudah tentu! Engkaulah Penciptaku, masakan aku tidak mencintaiMu.” Kemudian Dia bertanya lagi, “Jika kamu ditakdirkan cacat anggota, adakah kamu akan mencitaiKu?” Aku tergamam seketika. Aku lihat tangan,kaki dan seluruh anggotaku; aku teringat pelbagai kerja yang mustahil aku lakukan tanpa anggotaku ini yang selama ini tidak kusedari kepentingannya.

Kemudian aku jawab, “Tentunya ia amat sukar bagiku, tetapi aku akan tetap mencintaiMu.” Kemudian Dia bertanya lagi, “Jika kamu ditakdirkan buta, adakah kamu akan menyayangi segala ciptaanKu?” Bagaimana mungkin bagiku untuk mencintai sesuatu yang di dunia ini yang tak mampu aku lihat? Kemudian aku berfikir...ramai orang yang ditakdirkan buta di dunia ini, dan mereka masih mencintai Allah dan segala ciptaanNya. Lantas aku menjawab, “Amat sukar bagiku membayangkan keadaanku yang sedemikina rupa, namun begitu aku akan tetap menyintaimu Ya Allah.”

Dia bertanya lagi, “Jika kamu ditakdirkan pekak, adakah kamu akan tetap mendengar kepada kata-kataKu?” Bagaimana mungkin bagiku mendengar jika aku pekak? Kemudian akutersedar bahawa mendengar itu tidak semestinya menggunakan telinga; tetapimenggunakan hati. Aku jawab, “Walaupun takdir itu amat berat bagiku, namun aku akan tetap menyintaiMu.”

Dia menyambung lagi persoalanNya, “Jika kamu ditakdirkan bisu adakah kamu akan terus memujiKu?” Aku tertanya lagi, bagaimana aku boleh memuji tanpa suara? Aku terfikir kemudian yang Allah mahu kitame mujiNya dari dalam hati dan jiwa kita; tidak penting bagaimanakah bunyinya. Kemudian aku menjawab, “Sungguhpun aku tidak mampu untuk mambunyikan pujian bagiMu, aku akan tetap memujiMu.” Dan...

Dia terus betanya lagi, “Adakah kamu benar-benar menyintaiKu?” dengan nada yang tegas dan penuh keberanian. Aku jawab dengan yakin, “Ya, benar Tuhanku, aku menyintaimu kerana Engkaulah satu-satunya Tuhanku dan Tuhan yang sebenar!” Aku fikir jawapanku tadi sudah cukup bagus untuk menjawab soalanNya tadi, tetapi Dia terus bertanyakan lagi, “Kalau begitu kenapa kamu masih melakukan dosa?” Aku jawab, “Kerana aku cuma manusia bisa yang selalu lalai; aku tidak sempurna...aku bukan maksum.” “Kalau begitu, kenapa ketika kamu senang dan gembira...kamu lupakanKu; kamu lari jauh daripadaKu? Dan kenapa ketika kamu susah dan mahukan bantuan...kamu terus ingat kepada Aku; kamu datang dekat dan merayu kepada Aku?”

Aku tidak mampu berkata-kata. Yang kusedari...titisan panas turun membasahi pipiku. Dia sambung lagi, “Mengapa kamu buat begini...kadang-kadang sujud menyembahKu, dan kemudian membelakangiKu; tidak pedulikanKu? Mengapa kamu hanya datang mencariKu hanya ketika kamu nengingatiKu? Mengapa kamu meminta kepadaKu sedang kamu tidak setia kepadaKu?” Kurasakan titisan panas mengalir deras membasahi pipiku tanpa henti. “Mengapa kamu malu kepadaKu? Mengapa kamu tidak mahu menyebarkan suruhanKu? Mengapa ketika kamu dizalimi kamu adukan kepada yang lain sedang Aku sedia mendengar segala rintihanmu? Mengapa kamu sering membuat alasan ketika Aku memberimu peluang untuk berkhidmat di jalanKu?”

Mengapa kamu sering membuat alasan ketika Aku memberimu peluang untuk berkhidmat di jalanKu?

Ku gagahi bibirku untuk mengucapkan patah-patah perkataan bagi menjawab segala soalan yang bertubi-tubi diajukan kepadaku. Tetapi aku tidak punyai jawapan bagi persoalan-persoalan tadi. Lidahku yang selama ini lancar berkata-kata, kini kelu. Otakku ligat mencari jawapan... atau alasan... namun tiada apa yang kutemui sebagai jawapan. Dia berkata-kata lagi... “Kamu diberikan sebuah kehidupan. Aku jadikan dalam dirimu keistimewaan dan kelebihan berbanding orang lain untuk kamu berjuang di jalanKu, tetapi kamu tetap berpaling dari jalanKu. Aku tunjukkan kepadamu kata-kataKu sebagai panduan kamu dalam hidup ini, tetapi kamu tidak mahu mempelajari atau menghayatinya.

Acap kali Aku berkata-kata kepadamu, tetapi kamu berpaling daripada melihatnya. Aku turunkan kepada kamu pesuruhKu, tetapi kamu tidak ambil peduli ketika sunnahnya ditinggalkan. Aku dengar segala permintaan dan rayuanmu kepadaKu... dan semuanya telah Aku perkenankan dengan pelbagai cara.”

SambungNya lagi, “Kini... adakah kamu menyintaiKu?” Aku tidak mampu menjawabnya lagi. Bagaimana harus aku jawab persoalan ini.. Dalam tak sedar, aku malu dengan segala apa yang telah aku lakukan selama ini. Aku tidak lagi punya alasan bagi menyelamatkan diriku. Apa yang boleh aku jawab bagi persoalan itu? Ketika hatiku berteriak menangis, dan bercucuran airmata mengalir turun di kedua-dua belah pipiku, aku merintih, “Oh Tuhanku... ampunkanlah segala dosaku. Aku tidak layak menjadi hambaMu Ya Allah...” ..Kemudian Dia menjawab, “Sifatku pengampun...barangsiapa yang memohon keampunan dariKu, nescaya Aku ampunkannya. Dan Aku ampunkan kamu wahai hambaKu.”

Aku bertanya kepadaNya, “Mengapa Engkau tetap mengampunkanku sungguhpun aku melakukan kesalahan berulangkali dan memohon ampun berulangkali? Sampai begitu sekalikah cintaMu terhadapku?” Dia menjawab “Kerana kamu adalah ciptaanKu. Aku sekali-kali tidak akan mengabaikanmu. Apabila kamu menangis aku akan bersimpati kepadamu dan mendengar segala rintihanmu. Apabila kamu melonjak kegirangan Aku akan turut gembira dengan kegembiraanmu. Apabila kamu berasa gundah dan kesepian, Aku akan memberikanmu semangat. Apabila kamu jatuh Aku akan membangkitkanmu. Apabila kamu keletihan Aku akan membantumu. Aku akan tetap bersama-samamu hinggalah ke hari yang akhir dan Aku akan menyayangimu selama-lamanya.”

Seingat aku... aku tidak pernah menangis sebegini. Aku sendiri tidak mengerti kenapa hatiku ini begitu keras; tidak mampu menangis menyesali segala dosaku selama ini. Dan..buat kali pertamanya dalam hidupku ini... aku benar-benar solat dalam ertikata yang sebenar. Ya Allah..betapa indahnya dapat merasakan kehadiran-Mu di setiap waktu..

Kerana Cinta feat In-team - Mestica

Tuhanku
ampunkanlah segala dosaku

Tuhanku
maafkanlah kejahilan hambaMu
Ku sering melanggar laranganMu
Dalam sedar ataupun tidak
Ku sering meninggalkan suruhanMu
Walau sedar aku milikMu
Bilakah diri ini kan kembali
Kepada fitrah sebenar

Pagi kuingat petang kualpa
Begitulah silih berganti

Oh Tuhanku kau pimpinlah diri ini
Yang mendamba CintaMu
Aku lemah aku jahil
Tanpa pimpinan dariMu
Kau pengasih Kau penyayang
Kepada hamba-hambaMu
Selangkah ku kepadaMu S
eribu langkah Kau padaku

Ku sering berjanji di hadapanMu
Ku sering jua memungkiri
Ku pernah menangis keranaMu
Kemudian kerawa semula
Kutakut kepadaMu
Ku mengharap jua padaMu
Mogakukan selamat dunia akhirat
Seperti rasul dan sahabat

Cinta luar biasa..
Cinta seorang kekasih kpd umatnya
Hingga pd hembusan nafasnya yg terakhir
Lidah Rasulullah menuturkan tanpa henti
Ummati.. ummati.. ummati..

Cinta luar biasa..
Kisah cinta Handzalah
Meninggalkan isteri di malam pernikahan
Lantaran menyahut seruan jihad
Akhirnya syahid di medan perjuangan

Cinta luar biasa..
Seteguh kasih Khadijah
Tak pernah jemu memberikan sokongan
Rela mengorbankan segala kemewahan
Di saat Rasulullah dan Islam dipinggirkan

Cinta luar biasa..
Kisah kesetiaan Abu Bakar
Kasih seorang sahabat yg tiada tandingan
Insan yg sentiasa membenarkan
Sewaktu kata-kata Rasulullah dipersendakan

Cinta luar biasa..
Kisah ketabahan Hajar
Ditinggalkan di tanah yg gersang bersama Ismail
Bukti kasih seorang ibu yg berlarian mencari air
Tatkala mendengar tangisan si anak kecil

Cinta luar biasa..
Umpama keberanian Ali
Di malam penghijrahan Nabi
Menggantikan Rasulullah di tempat tidurnya
Walaupun jiwa menjadi taruhan

Cinta luar biasa..
Cinta Asiah, Masyitah dan Sumayyah
Menggadaikan nyawa demi mempertahankan aqidah
Iman di dada tak sedikit pun goyah
Kerana keyakinan yg teguh atas segala janjiNya

Kisah cinta luar biasa..
Insan pilihan yg berada di atas jalanNya
Betapa tulusnya kasih, teguhnya jiwa
Redha dan sabar menempuh segala ujian
Merekalah insan yg memahami erti
kemanisan iman

Mampukah diri ini meraih cinta luar biasa..??

والله علم
والسلام عليكم

Sunday, August 17, 2008

Ukhuwwah fillah

بسم الله الرحمن الرحيم

I had a turbulent week this time around, too many things bugging me at the same time. I really do not wish to talk about it here. However, last Friday night & Saturday was somehow special. Even though I'm not 100% spiritually and emotionally present throughout the gathering, I can still feel the new sense of hope, sense of belonging.






I made a rather flashy presentation with my Keynote software for that night's gathering (that was my 1st time using it though and that's the main reason I wanna use it). Anyway, there goes the song, specially dedicated to all my brothers.


Sunnah Orang Berjuang - Hijjaz
Lirik Lagu Sunnah Berjuang... Khas buat saudara-saudara Pejuangku

Berjuang menempah susah
Menanggung derita menongkah fitnah
Itulah gelombang hidup samudera duka
Seorang mujahid membela tauhid..

Dipisah dia berkelana
Dibelenggu dia uzlah menagih bela
Namun jiwa tetap mara memburu cinta
Membara demi Allah dan RasulNya

Berjuang tak pernah senang
Ombak derita tiada henti
Tenang, resah silih berganti
Inilah sunnah..orang berjuang..

Malamnya bagai rahib merintih sayu
Dihiris dosa air mata
Siangnya bagaikan singa di rimba
Memerah keringat mencurah tenaga
Itulah sunnah..berjuang..ke jalan Allah..

Berjuang memang pahit..
Kerana syurga itu manis
Bukan sedikit mahar yang perlu dibayar
Bukan sedikit pedih yang ditagih

Berjuang ertinya terkorban
Rela terhina kerana kebenaran
Antara dua jadi pilihan.
Dunia yang fana atau syurga..

Berjuang tak pernah senang
Ombak derita tiada henti
Tenang, resah silih berganti
Inilah sunnah orang berjuang

Malamnya bagai rahib merintih sayu
Dihiris dosa air mata
Siangnya bagaikan singa di rimba
Memerah keringat mencurah tenaga

Berjuang ertinya terkorban
Rela terhina kerna kebenaran
Antara dua jadi pilihan.
Dunia yang fana atau syurga..




~hijjaz~

We still have a lot of work to do brothers! Let's always remain steadfast, work harder and smarter at the same time, not just merely for the sake of ourselves, but most importantly for the sake and رضا (well-pleased) of Allah s.w.t. دعأ (prayer) is a deadly weapon of a mukmin, not a muslim. Let's strive for excellence in both أخرة (The Hereafter) and دنيأ (The World).



والله علم
والسلام عليكم